
SUDAH dilupakan hilang pula. Hutan kering tropis sebenarnya ada di banyak wilayah. Membentang dari Amerika Latin, Afrika, Asia, dan Pasifik, hutan kering tropis mencakup hampir setengah dari seluruh hutan tropis di dunia. Di India, 60% seluruh hutannya adalah hutan kering tropis. Di Asia Tenggara luasnya 30%.
Tak seperti hutan hujan tropis, hutan kering tropis acap luput dari perhatian. Namanya tak setenar hutan hujan tropis, yang banyak dibicarakan dan mendapat perhatian lembaga dan negara donor.
Hutan kering tropis berbeda dengan hutan hujan tropis yang selalu hijau. Hutan kering tropis mengalami perubahan antar musim yang drastis. Ia menerima curah hujan sebesar 500-1.500 milimeter selama musim hujan, kemudian diikuti musim kemarau 4-6 bulan.
Selama kemarau, sebagian besar pohon hutan tropis kering menggugurkan daunnya. Saat hujan, hutan kering tropis kembali menghijau dan dipenuhi oleh kehidupan.
Kanopi hutan kering tropis lebih terbuka dibanding hutan hujan tropis yang lebat dan rapat. Namun, kondisi ini yang membuat hutan kering tropis menjadi tempat yang cocok bagi beberapa spesies, seperti jaguar (Panthera onca), harimau (Panthera tigris), lemur, tapir, dan banyak lagi lainnya, yang mungkin jarang kita dengar.
Sebuah studi di Nature Sustainability menunjukkan bahwa hutan kering tropis telah hancur secara signifikan dalam dua dekade terakhir. Menggunakan citra satelit beresolusi tinggi, para peneliti memperkirakan ada 1.800 juta hektare hutan kering tropis pada 2000. Namun pada 2020, 71 juta hektare hutan kering tropis telah rusak. Luas tersebut setara dengan lebih dari lima kali Pulau Jawa.
Tampaknya, hutan kering tropis memang lebih menarik. Cuacanya yang tak terlalu lembab dan panas membuatnya lebih cocok untuk dihuni manusia. Komposisinya yang tak terlalu padat membuatnya lebih mudah dibuka. Tidak terlalu banyak penyakit atau hewan mengerikan di hutan kering tropis, membuatnya makin favorit dikonversi.
Kerusakan hutan kering tropis pun terjadi di seluruh dunia. Mulai dari Argentina, Paraguay, Bolivia, Brasil, Kamboja, Laos, Vietnam, India, Afrika Timur, hingga utara Australia. Sebagian besar hutan kering tropis telah disulap menjadi permukiman, jalan, penggembalaan, dan lahan pertanian.
Kerusakan hutan kering tropis diperburuk dengan minimnya perlindungan. Hanya kurang dari sepertiga hutan kering tropis yang tersisa saat ini yang berada di kawasan lindung. Sisanya? Harus tetap eksis tanpa perlindungan. Bahkan, sepertiga dari hutan kering tropis yang tersisa ada di area yang mengalami deforestasi dengan cepat.
Walhasil, kini tersisa fragmen-fragmen kecil hutan kering tropis yang terisolasi dan tersebar di lanskap yang didominasi oleh aktivitas manusia. Hampir mustahil hutan kering tropis yang terfragmentasi bisa dipulihkan ke kondisi alaminya.
Perubahan iklim memperaparah kerusakan hutan kering tropis. Perubahan iklim membuat cuaca tak menentu. Kemarau yang dulu hanya berdurasi empat bulan, kini bisa mencapai enam bulan. Hujan deras yang dulu jarang terjadi, kini makin sering terjadi. Kombinasi musim kemarau yang lebih panjang, suhu lebih tinggi, dan aktivitas manusia menciptakan kondisi sempurna untuk kebakaran hutan.
Kehancuran ekologis ini membawa dampak besar bagi manusia. Sebab, di beberapa tempat, khususnya di negara berkembang dan terbelakang, ekosistem ini memberi kayu bakar untuk memasak, buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, serangga, dan daging sebagai sumber makanan masyarakat lokal. Di Afrika, hutan kering tropis Miombo menjadi penopang hidup bagi lebih 100 juta orang.
Dalam 50 tahun ke depan, masa depan hutan kering tropis tampaknya berada di ambang kritis. Beberapa wilayah mungkin bertahan, tapi komposisi ekosistemnya akan sangat berbeda. Sementara sebagian besarnya mungkin akan menyerah dan musnah dengan kondisi yang ada.
Ikuti percakapan tentang hutan kering tropis di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.

Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :