Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 21 Juni 2025

Haji Hijau: Sinergi Global Ibadah Berkelanjutan

Haji hijau bisa mendukung mitigasi perubahan iklim. Mula-mula manajemen sampah.

Tenda haji di Mina

GREEN Hajj atau sebut saja “haji hijau” adalah konsep ibadah berkelanjutan yang menjadi fokus utama dalam upaya global mengatasi perubahan iklim, khususnya dalam konteks pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Dari segi lingkungan, haji hijau berdampak langsung pada pengurangan emisi karbon, pengelolaan limbah berkelanjutan, dan konservasi sumber daya alam yang sejalan dengan SDG 13 (Climate Action).

Pada haji 2019, The Saudi General Authority for Statistics melaporkan bahwa jamaah haji menghasilkan sekitar 2.485 ton sampah per hari. Upaya meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan jamaah internasional dan pemberdayaan masyarakat lokal melalui program daur ulang yang hasil keuntungannya disalurkan untuk kegiatan amal.

Pemerintah Arab Saudi, yang didukung Greenpeace Indonesia, berinisiatif membuat haji hijau dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dan praktik ramah lingkungan. Melalui pendekatan komprehensif yang melibatkan teknologi hijau, manajemen limbah yang efektif, dan kesadaran jamaah internasional, haji hijau tidak hanya mendukung pencapaian SDG 13 (Climate Action), juga berkontribusi pada strategi environmental, social, and governance (ESG) yang relevan dengan tantangan global kontemporer.

Permasalahan lingkungan dalam ibadah haji telah menjadi perhatian serius mengingat skala masifnya ibadah ini. Setiap tahun, hampir tiga juta muslim berkumpul di Mekah untuk melaksanakan rukun Islam kelima ini (Ecomena, 2023). Dampak lingkungan yang ditimbulkan kompleks dan multidimensional, mencakup berbagai aspek mulai dari pengelolaan limbah hingga konsumsi energi.

Jejak lingkungan haji sangat besar, dengan berbagai jenis limbah. Beberapa permasalahan utama meliputi polusi udara yang disebabkan oleh ribuan kendaraan transportasi, limbah padat dalam jumlah masif termasuk botol plastik, popok bekas, dan kemasan makanan yang mencemari infrastruktur publik.

Konsumsi air yang berlebihan untuk wudu, sanitasi, dan hidrasi juga memberikan tekanan besar pada sumber daya air lokal di wilayah gersang Mekah. Selain itu, konsumsi energi yang terkait dengan transportasi pesawat terbang sebagai transportasi jamaah di seluruh dunia berkontribusi pada emisi gas rumah kaca, demikian pula dengan konsumsi energi untuk akomodasi dan transportasi di dalam situs ziarah.

Ironisnya, mayoritas jamaah tidak menyadari sifat intrinsik environmentalisme dalam Islam dan kewajiban untuk melindungi lingkungan. 

Haji berkelanjutan menghadapi tantangan signifikan dalam konteks pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Ibadah dengan skala besar ini memberikan tekanan luar biasa pada sumber daya alam seperti air dan energi, sekaligus memicu polusi udara dan tanah akibat aktivitas manusia yang berlebihan.

Sebagai bagian dari kampanye kesadaran yang diluncurkan selama musim haji, pemerintah Saudi menekankan pentingnya menggunakan kembali peralatan dan bahan yang digunakan selama ritual, yang secara signifikan mengurangi produksi limbah. Jamaah diminta menggunakan produk dan alat yang sering digunakan untuk kampanye ini.

Inisiatif Green Hajj Camp diperluas ke lebih dari 100 tenda di Mina dibandingkan dengan 16 tenda tahun sebelumnya, dengan partisipasi enam penyelenggara kelompok haji utama. Salah satu tujuan utama strategi ini adalah mencapai nol persen limbah pada akhir 2030 dengan tingkat tahunan yang dihitung dari jumlah limbah.

Inisiatif ini mendorong jamaah untuk memilah limbah mereka menjadi organik dan padat sebelum didaur ulang, dengan hasil yang disalurkan untuk kegiatan amal. Arab Saudi juga berkomitmen pada pengembangan energi terbarukan, dengan Mekah menjadi kota pertama di Arab Saudi yang mengoperasikan pembangkit listrik skala utilitas yang menghasilkan listrik dari energi terbarukan (Factor This, 2012).

Implementasi haji hijau melibatkan sinergi global yang melibatkan jamaah dari berbagai negara dan organisasi internasional. Greenpeace Indonesia bersama Ummah for Earth telah meluncurkan aplikasi haji hijau yang tersedia dalam bahasa Indonesia, Malaysia, Inggris, dan Arab (Greenpeace Indonesia, 2022).

Aplikasi ini memuat bacaan dan doa serta panduan praktis dalam melakukan ibadah haji dan umrah dengan pendekatan ramah lingkungan. Aplikasi Green Hajj memberikan petunjuk mengenai ibadah haji dan umroh yang ramah lingkungan dan berkelanjutan seperti penggunaan air dan energi yang efisien, pengurangan sampah khususnya sampah plastik, dan penggunaan transportasi publik.

Strategi mitigasi dalam implementasi haji hijau melibatkan pendekatan multiaspek yang mengintegrasikan teknologi hijau, manajemen limbah berkelanjutan, dan pengembangan kesadaran jamaah. Tim inspeksi National Waste Management Center melakukan patroli untuk memastikan pengelolaan limbah yang aman, memfasilitasi pelaksanaan ibadah haji dengan mudah dan tenang. Berbagai badan pemerintah berkolaborasi untuk mengelola limbah padat, mempromosikan perilaku yang sadar lingkungan, dan mengurangi efek buruk sampah pada lingkungan.

Dalam konteks keberlanjutan praktik haji kontemporer, pemerintah Saudi telah melakukan upaya modern untuk memperkenalkan elemen berkelanjutan ke dalam pengelolaan dan infrastruktur haji. Inisiatif ini mencakup penggunaan energi hijau dalam operasi di dalam Mekah dan wilayah sekitarnya. Manajemen limbah padat juga menjadi fokus utama, dengan pemerintah Arab Saudi mengimplementasikan inisiatif daur ulang dan pengelolaan limbah selama musim haji.

Program-program ini mencakup sistem pengumpulan limbah yang efisien. Limbah organik dan anorganik dipisahkan untuk memfasilitasi proses daur ulang demi menciptakan masa depan yang lebih baik.

Strategi mitigasi juga melibatkan edukasi jamaah melalui daur ulang yang dapat dipraktikkan dengan membuang kain ihram dengan benar, alih-alih membuangnya di tempat umum. Hal ini akan membantu melestarikan lingkungan dan kesucian Situs Suci, serta mengurangi produksi limbah.

Relevansi haji hijau dengan strategi ESG kontemporer semakin memperkuat posisinya sebagai best practice dalam mengatasi tantangan global perubahan iklim. Dengan target mencapai nol persen limbah pada 2030 dan komitmen terhadap energi terbarukan, haji hijau bukan hanya berkontribusi pada pencapaian SDG 13, juga mendukung berbagai tujuan pembangunan berkelanjutan lainnya.

Ikuti percakapan tentang ibadah haji di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Mahasiswa magister Seni dalam Transformasi Digital dan Daya Saing Universitas Gadjah Mada. Kini bekerja di Kementerian Komunikasi dan Digital

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain