Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 15 November 2025

Monyet Howler Merah, Primata Pertama yang Menelan Mikroplastik

Ada lebih dari 700 spesies yang menelan mikroplastik. Dari mana asalnya?

Monyet howler merah, primata arboreal pertama yang terdeteksi mikroplastik (foto oleh 	Marc Faucher)

TAK hanya dalam hujan, seperti temuan penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional, mikroplastik juga ditemukan dalam sistem pencernaan monyet howler merah yang hidup di kawasan lindung Amazon. Hal ini menandai bukti pertama masuknya mikroplastik ke dalam tubuh primata penghuni pohon.

Monyet howler merah, atau biasa disebut guaribas atau bugios, hidup di cagar alam Mamirauá dan Amanã di negara bagian Amazonas, Brazil. Para peneliti mengevaluasi 47 ekor monyet howler merah Jurua (Alouatta juara) dan menemukan filamen mikroplastik berwarna hijau, berukuran kurang dari 5 milimeter, di dalam perut dua individu. 

Tidak ada hewan yang dibunuh atau dilukai dalam penelitian ini. Para peneliti mengandalkan sisa-sisa monyet yang disumbangkan oleh pemburu melalui kemitraan dengan komunitas lokal. Hal ini memungkinkan para peneliti mempelajari organ-organ monyet howler merah.

Para peneliti mengumpulkan perut monyet yang utuh dan menganalisisnya di laboratorium terkontrol. Hasilnya, mereka melihat ada dua ekor monyet yang menelan filamen plastik, yang hanya terlihat di bawah mikroskop. Kedua individu tersebut telah diburu pada tahun 2015.

Secara persentase monyet yang memakan mikroplastik hanya 4%. Namun, temuan ini mengejutkan karena monyet howler merah menghabiskan sebagian besar hidup mereka di kanopi hutan, memakan daun atau buah. Kecil kemungkina mereka mengkonsumsi plastik dari jalur tidak langsung, misal dari ikan atau biota laut.

Monyet howler merah juga hidup di wilayah yang terlindungi. Bukan tempat umum mudah terpapar sampah. Para peneliti menduga kontak dengan plastik mungkin terjadi melalui air dari sungai atau karena sisa sampah plastik, seperti jaring ikan yang tersangkut di pohon saat musim banjir.

Sebelumnya, tinjauan Institut Mamirauá menemukan kontaminasi plastik pada ikan, kura-kura, manatee, dan burung, serta di air sungai, dan sedimen tanah Amazon. Namun, belum pernah ada bukti mikroplastik pada monyet penghuni pohon. Temuan ini menandakan bahwa limbah plastik telah mencapai tempat-tempat yang bahkan sulit untuk diakses.

Tak hanya di Amazon, temuan serupa juga ditemukan di hewan liar yang hidup di Swiss dan Hong Kong. Para aktivitas lingkungan dan peneliti Swiss telah menemukan mikroplastik di feses rusa, babi hutan, kelinci liar, chamois, rubah, luak, dan serigala.

Di feses dua babi hutan di Valain dan Bern, peneliti menemukan lebih dari 600 partikel mikroplastik per gram. Sementara di feses serigala di Graubunden penelitian menemukan 7 partikel per gram, dan feses rusa di Zurich mengandung 4 partikel per gram.

Sedangkan di Hong Kong, peneliti juga menganalisis feses mamalia dan menemukan mikroplastik pada lima spesies, yakni kerbau, sapi, landak, babi hutan, dan monyet. Dari 100 sampel, 85% mengandung mikroplastik dengan total 2.503 partikel. Hal ini menandakan masalah signifikan terhadap keberadaan polusi mikroplastik di lingkungan pedesaan.

Mikroplastik bahkan sudah ditemukan di pencernaan hewan yang hidup di pulau terpencil di Antartika. Sebuah studi yang dilakukan peneliti Italia dan Irlandia menemukan jejak mikroplastik di dalam usus Cryptopygus antarcticus, invertebrata kecil yang hidup di Antartika.

Temuan tersebut mereka dapat setelah menguji 18 hewan di Pulau King George, di utara Benua Antartika. Kemudian mereka menggunakan spektroskopi inframerah untuk mendeteksi keberadaan mikroplastik. Penemuan itu jadi bukti lapangan pertama dari kontaminasi mikroplastik pada hewan terestrial Antartika.

Konsumsi plastik oleh satwa liar pertama kali diamati pada tahun 1966, ketika para peneliti menemukan tutup wadah plastik dan mainan di dalam burung Albatros yang mati.

Kini, berdasarkan sebuah tinjauan oleh Kühn dan van Franeker, ada lebih dari 700 spesies satwa, termasuk burung laut, ikan, penyu, dan mamalia laut, yang telah menelan plastik.

Ikuti percakapan tentang mikroplastik di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain