Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 27 Desember 2025

Afrika Kehilangan Sepertiga Kekuatan Ekologis. Apa Itu?

Hilangnya keanekaragaman hayati melemahkan fungsi ekosistem. Kekuatan ekologis Afrika tinggal 70%.

Satwa liar di ekosistem Afrika Sub-Sahara (foto: Unsplash.com)

KEKUATAN ekologi menjadi penopang bumi ini. Namun, tak mudah mengukur ekosistem yang masih menyangga kehidupan sehingga kehidupan tersebut masih dikategorikan layak.

Sekelompok peneliti mencoba menjawabnya dengan melihat aliran energi. Hasilnya, mereka melihat bahwa satwa liar di Afrika telah kehilangan sekitar sepertiga “kekuatan ekologisnya”.

Kekuatan ekologis adalah energi yang memungkinkan ekosistem menjalankan fungsi penting, seperti menyuburkan tanah, menyebarkan biji tanaman, serta mengendalikan hama dan predator.

Selama ini, penelitian tentang keanekaragaman hayati sering kali hanya menghitung jumlah individu suatu spesies dalam sebuah habitat atau ekosistem atau bentang alam.

Pendekatan ini hanya menggambarkan kondisi dan status spesies, belum cukup menjelaskan dampaknya terhadap keseluruhan ekosistem, apalagi ada ribuan spesies di berbagai habitat.

Seberapa besar energi yang mengalir melalui hewan saat mereka makan, bergerak dan menjalankan perannya di alam?

Energi terus berpindah dari tumbuhan ke hewan, hewan ke hewan, lalui kembali ke lingkungan. Alam bukanlah sistem yang status, melainkan jaringan kehidupan yang saling terhubung dan membentuk siklus.

Dalam studi ini, para peneliti menganalisis hampir 3.000 spesies burung dan mamalia di Afrika sub-Sahara. Mereka menilai 23 fungsi ekosistem, seperti penyerbukan, daur ulang nutrien, dan fungsi lainnya. Kemudian menghitung berapa banyak energi yang digunakan hewan-hewan tersebut dalam menjalankan fungsi tersebut. Lalu membandingkannya dengan kondisi di tahun 1700, saat manusia belum mengubah alam secara besar-besaran.

Hasilnya, di wilayah yang telah berubah jadi lahan pertanian, kekuatan ekologis turun hingga 60%. Sebaliknya, di kawasan lindung yang dikelola dengan baik, fungsi ekosistem masih 90%.

Studi ini juga melihat bahwa hewan kecil seperti burung dan pengerat memiliki peran yang sangat besar. Meski ukuran mereka kecil, mereka makan dan memproses energi dengan cepat. Sehingga berperan penting dalam penyebaran biji, pengendalian serangga, dan penyerbukan tanaman.

Pendekatan ini lebih holistik dan adil dibanding hanya menghitung jumlah spesies, karena tidak semua hewan punya pengaruh yang sama terhadap ekosistem. Beberapa spesies memiliki dampak yang jauh lebih besar karena ukuran tubuh, jumlah, jenis makanan, dan cara hidupnya.

Meski begitu, para peneliti juga mengingatkan pendekatan ini memiliki keterbatasan. Ekosistem tidak bisa dianggap sehat hanya karena masih ada aliran energi. Karena bisa jadi aliran energi itu muncul karena dominasi segelintir spesies yang tahan banting. Selain itu, metode ini membutuhkan data yang sangat besar dan masih bergantung pada model dan perkiraan.

Walhasil, pendekatan ini tidak bisa digunakan langsung untuk menentukan tindakan di satu lokasi tertentu. Namun, pendekatan ini membantu kita melihat gambaran besar: bagaimana aktivitas manusia secara perlahan melemahkan cara alam bekerja.

Ikuti percakapan tentang keanekaragaman hayati di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain