Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 09 November 2025

Peneliti Temukan Orangutan Tapanuli di Luar Batang Toru

Orangutan tapanuli terlihat hidup di hutan rawa gambut Lumut Maju. Terisolasi dari habitat lain.

Orangutan tapanuli (foto: redapes.org)

SEJAK pertama kali dideskripsikan pada 2017, orangutan Tapanuli dinyatakan hidup di ekosistem hutan Batang Toru, Sumatera Utara. Temuan terbaru mengungkap bahwa Pongo tapanuliensis ini juga hidup di luar Batang Toru, tepatnya di hutan rawa gambut yang berjarak 32 kilometer.

Pada September 2025, tim dari Yayasan Orangutan Sumatera Lestari, Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), mendokumentasikan seekor induk dan bayi orangutan di hutan sekunder di Desa Lumut Maju, Kabupaten Tapanuli Tengah. Lokasi tersebut pertama kali menarik perhatian pada 2022, ketika penduduk setempat melaporkan penampakan orangutan kepada Unit Tanggap Konflik Manusia-Orangutan (HOCRU).

Awalnya, tim tidak menemukan keberadaan orangutan. Namun, mereka menemukan lima sarang. Tim peneliti lalu kembali melakukan pemantauan lebih lanjut di lahan rawa gambut seluas 1.234 hektare itu. Mereka menemukan 17 sarang, beberapa baru dibangun.

Antara 2023 dan 2024, survei gabungan YOSL-OIC dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara (BKSDA Sumut), mencatat beberapa orangutan di hutan rawa gambut Lumut Maju. Tatap muka pertama terjadi pada Oktober 2024, ketika para peneliti melihat seekor orangutan jantan.

Untuk mengkonfirmasi kepastian spesies orangutan Tapanuli, peneliti mengumpulkan sampel kotoran pada Januari 2025 dan mengirimkannya untuk uji DNA. Hasilnya, spesimen tersebut positif orangutan Tapanuli.

Citra drone thermal dan survey darat menunjukkan adanya tanda pergerakan di petak-petak hutan terdekat. Analisis perilaku makan menambahkan lebih banyak petunjuk tentang bagaimana spesies ini beradaptasi dengan lingkungannya.

Di Lumut Maju, orangutan sebagian besar memakan buah-buahan dari pohon-pohon seperti Syzygium muelleri, Tetramerista glabra, Artocarpus elasticus, dan Campnosperma coriaceum.

Temuan ini memastikan wilayah jelajah orangutan Tapanuli, kera besar yang sebelumnya hanya dianggap hidup terbatas di bentang alam Batang Toru. Fakta ini memberi harapan baru bagi eksistensi orangutan Tapanuli yang masuk dalam daftar sangat terancam punah, sekaligus kekhawatiran.

Hutan rawa gambut di Lumut Maju rentan terhadap perubahan tata guna lahan karena statusnya tidak dilindungi. Pada 2025 saja, akibat pembukaan lahan hutannya tersisa kurang dari 1.000 hektare.

Sebagian besar bentang alam telah dibuka. Petak-petak lahan kosong membentang di atas wilayah yang dulunya adalah hutan lebat.  Masyarakat lokal dan perusahaan kelapa sawit membuka lahan untuk perkebunan.

Tak hanya rentan karena perubahan tata guna lahan, populasi orangutan Tapanuli di Lumut Maju juga terisolasi. Mereka tak terhubung dengan hutan manapun.

Setidaknya dibutuhkan 250 individu untuk membentuk populasi orangutan yang berkelanjutan (viable). Di Lumut Maju, populasi orangutan di bawah 100 individu.

Temuan rumah baru orangutan Tapanuli di Lumut Maju membuka potensi baru keberlangsungan spesies ini. Jika kelompok ini membawa sifat genetik yang unik, kelompok orangutan ini bisa berperan sebagai cadangan genetik kritis untuk kelangsungan jangka panjang orangutan Tapanuli.

Ikuti percakapan tentang orangutan di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain