Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 07 Agustus 2025

Berapa Biaya yang Dibutuhkan untuk Rehabilitasi Mangrove?

Rehabilitasi mangrove memakan biaya mulai dari ratusan ribu hingga miliaran rupiah per hektare. Manfaatnya besar.

Restorasi mangrove (foto: unsplash.com)

MANGROVE, yang membentang di pesisir tropis dan subtropis, adalah hutan yang memiliki kekuatan ekologis. Mangrove adalah hutan multifungsi yang melindungi komunitas pesisir dari terjangan badai, mendukung perikanan, menyerap karbon dengan tingkat tinggi, melindungi budaya, dan berperan sebagai mitigasi perubahan iklim. Di seluruh dunia, mangrove telah diakui sebagai hutan dengan peran super penting.

Namun, walau peran pentingnya diakui, tak serta merta menjamin eksistensi mangrove. Sebanyak 35% tutupan mangrove global hilang pada akhir abad ke-20. Tambak dan pembangunan daerah pesisir jadi dua biang keroknya. Berapa biaya rehabilitasi mangrove yang rusak?

Studi terbaru, yang diterbitkan di One Earth, memberikan analisis komprehensif terkait biaya memulihkan mangrove di berbagai belahan dunia. Para peneliti menganalisis hampir 250 proyek dan sumber data untuk menciptakan model global pertama yang memperkirakan biaya restorasi mangrove secara spesifik di setiap lokasi.

Hasilnya, biaya rata-rata untuk merestorasi satu hektare mangrove adalah sekitar Rp 132 juta. Jika dijabarkan lebih jauh, variasinya sangat lebar, mulai dari biaya terendah berkisar hanya Rp 145 ribu per hektare hingga yang termahal mencapai Rp 11,3 miliar per hektare. Semua tergantung lokasi dan kondisi lahan yang akan direstorasi.

Restorasi bekas tambak dan daerah delta terdegradasi biasanya lebih murah. Sebaliknya, lokasi yang sudah tererosi atau rusak parah, seperti di muara sungai, membutuhkan biaya lebih mahal. Negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, memiliki biaya yang lebih rendah dibanding di Amerika Serikat. Kemudian, proyek yang lebih besar cenderung lebih efisien dari segi biaya dibanding proyek kecil.

Secara global, ada sekitar 1,1 juta hektare mangrove yang bisa direstorasi dan dibutuhkan biaya sekitar Rp 174 triliun. Angka tersebut kira-kira setara dengan subsidi BBM, listrik, dan LPG di Indonesia selama satu tahun.

Jika dipulihkan, 1,1 juta hektare mangrove tersebut bisa menyerap hingga 0,93 miliar ton emisi setara karbon dioksida per tahun, setara emisi 750 juta mobil dalam setahun.

Dari jumlah tersebut, sekitar 84% potensi penyerapan karbon bisa dicapai dengan biaya di bawah Rp 325 ribu per ton CO2. Dengan angka ini restorasi mangrove menjadi solusi kompetitif dibanding metode pengurangan emisi ekosistem lainnya.

Di Indonesia, pemilik mangrove terluas di dunia, potensi restorasi mangrove seluas 204.100 hektare dan biaya yang dibutuhkan berada di bawah Rp 162 juta per hektare. Indonesia memiliki peluang terbesar secara global untuk restorasi mangrove dengan harga termurah dan dampak tertinggi. Potensi simpanan karbon dari restorasi mangrove di Indonesia mencapai 0,24 miliar ton setara CO2.

Bagi negara yang ingin memenuhi janji iklim dan mencapai net zero, restorasi mangrove adalah investasi menjanjikan. Dalam 2,5 kilometer persegi mangrove, tersimpan karbon setara emisi 90.000 mobil dalam setahun. Bahkan, sebuah laporan menyebutkan setiap Rp 16.000 yang diinvestasikan untuk melindungi mangrove bisa memberi manfaat senilai Rp 81.000, termasuk perlindungan pesisir dan ketahanan pangan.

Studi di awal juga menunjukkan bahwa melindungi mangrove jauh lebih murah daripada memulihkannya. Melindungi 82.000 kilometer persegi mangrove yang masih ada bisa mencegah emisi 5,51 miliar ton CO2 ke atmosfer, dengan biaya lebih rendah, rata-rata hanya di bawah Rp 162 ribu per ton CO2.

Meski begitu, hingga 2022, hanya ada delapan proyek karbon biru berbasis mangrove yang berjalan.

Ikuti percakapan tentang rehabilitasi mangrove di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain