
DAFTAR merah IUCN telah menjadi tolok ukur untuk menilai risiko suatu spesies menuju kepunahan. Semakin hari, semakin banyak spesies yang semakin terancam punah. Tak heran jika downlisting menjadi berita bahagia dan kesuksesan bagi dunia konservasi.
Downlisting adalah perubahan status dari yang sebelumnya berisiko tinggi ke risiko yang lebih rendah. Seperti dari critically endangered ke endangered. Turunnya risiko kepunahan di suatu spesies bisa menjadi indikator keberhasilan konservasi.
Sebuah studi yang menganalisis status konservasi IUCN menyatakan bahwa downlisting harus dilakukan secara hati-hati. Karena jika penilaiannya terburu-buru dan prematur, akan meningkatkan risiko kepunahan.
Contohnya pada kasus woylie (Bettongia penicillata), marsupial kecil dari Australia, yang statusnya diturunkan dari endangered menjadi least concern di 1996. Tak lama setelah deklarasi itu, populasinya anjlok hingga 90%. Walhasil, statusnya kembali ditingkatkan menjadi critically endangered pada 2008. Setelah konservasi kembali dilakukan, statusnya membaik di 2024 menjadi near threatened.
Kejadian downlisting memang tak banyak terjadi. Sejak 2007 sampai 2024, dari lebih 163.000 spesies yang dinilai IUCN, hanya 1.505 spesies yang mengalami perubahan status. Sebanyak 222 atau 15% di antaranya yang mengalami downlisting alias kondisinya membaik, sisanya sebanyak 85% mengalami uplisting atau kondisinya memburuk.
Seperti halnya woylie, beberapa spesies yang mengalami downlisting penuh sarat kontroversi. Bangau mahkota merah (Grus japonensis) yang mengalami perubahan status dari “terancam punah” menjadi “rentan” pada 2021, penurunan populasi burung tersebut secara global mulai melambat. Penurunan populasi terutama didorong oleh pertumbuhan populasinya di Jepang.
Di tempat lain, beberapa ahli mencatat populasi bangau mahkota merah di Cina telah menurun lebih dari 90% dan masih menghadapi berbagai ancaman. Sementara di Jepang, populasinya membaik karena bergantung pada pemberian pakan tambahan.
Ada juga ibis sendok muka hitam (Platalea minor) yang statusnya diturunkan dari “kritis” menjadi “terancam punah” pada tahun 2000. Dan kini diusulkan menjadi “risiko rendah”.
Populasi burung ini memang naik. Namun, beberapa ahli melihat bahwa burung ini hanya terkonsentrasi di habitat yang terbatas. Terbatasnya populasi ibis sendok muka hitam membuat populasinya tetap rentan terhadap ancaman seperti perubahan iklim, pembangunan infrastruktur, dan penyakit seperti flu burung.
Keputusan downlisting bangau mahkota merah dan ibis sendok muka hitam tak mencerminkan ancaman lokal yang masih tinggi dan keterbatasan habitat. Sebaliknya, downlisting pada kedua spesies tersebut mengurangi perlindungan hukum dan dukungan publik terhadap konservasi kedua spesies itu.
Panda raksasa (ailuropoda melanoleuca) juga mengalami downlisting dari “terancam punah” menjadi rentan. Konservasi panda raksasa memang tergolong sukses. Namun menurunkan risiko IUCN panda merah membuat beberapa pihak khawatir akan mengurangi pendanaan terhadap aktivitas konservasinya.
Perubahan status mempengaruhi persepsi publik terhadap urgensi konservasi. Spesies yang tak lagi dianggap “terancam punah” akan kehilangan status ikonik. Ia tak lagi menarik untuk diteliti, diamati, dan dikonservasi. Alhasil, pendanaan akan berkurang dan ia tak lagi dilindungi, yang kemudian mendorong perburuan dan ancaman untuk spesies tersebut.
Downlisting status punah satwa liar perlu dikelola dan diputuskan secara cermat dan hati-hati. Caranya, narasi konservasi tak hanya bergantung pada status daftar merah IUCN semata.
Ikuti percakapan tentang konservasi di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.

Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :