Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 15 Juli 2025

Perdagangan Sisik Tenggiling dan Gading Gajah Menurun

Pasca pandemi, penyitaan sisik tenggiling dan gading gajah menurun lebih dari 70% dibanding dengan masa sebelum pandemi

Gading gajah (foto: IFAW)

LAPORAN terbaru Wildlife Justice Commission (WJC) menunjukkan antara 2015-2024, otoritas global telah menyita lebih dari 370 ton sisik tenggiling dan 193 ton gading gajah. Jika seekor tenggiling memiliki sisik seberat 0,5 kilogram, artinya ada 740.000 tenggiling yang dibunuh. Jika berat rata-rata gading gajah per ekor 30 kilogram, ada lebih dari 6.000 ekor gajah yang dibunuh.

Perdagangan satwa liar, khususnya gajah dan tenggiling memang masih eksis. Dengan menggunakan laporan media, dokumen publik, intelijen, dan investigasi kriminal, WJC menemukan penyitaan barang yang berasal dari satwa liar naik pada 2015, kemudian mencapai titik puncak di 2019. Perdagangan satwa turun tajam pada 2020, saat pandemi Covid-19.

Pada 2015, jumlah gading yang disita dua kali lebih banyak dibandingkan dengan sisik tenggiling. Penyitaan gading sempat menurun sedikit, kemudian melonjak di 2019 menjadi lebih dari 40 ton, sebelum akhirnya turun menjadi 10 ton pada 2020.

Sementara sisik tenggiling naik drastis di 2019 dengan 100 ton yang disita, sebelum turun menjadi 20 ton pada 2020.

Pandemi Covid-19 berperan dalam menurunnya jumlah bagian satwa liar yang diperdagangkan. Pembatasan sosial (lockdown), pembatasan perjalanan, penutupan perbatasan, disertai dengan penguatan penegakan hukum, membuat para pemain kejahatan perdagangan satwa liar sulit melakukan transaksi jual-beli.

Laporan WJC menyebutkan penurunan jumlah penyitaan satwa liar selama pandemi terus berlanjut. Penyitaan gading gajah turun 94% jika dibandingkan dengan puncaknya di tahun 2019. Penyitaan sisik tenggiling turun 75% dibanding puncaknya di tahun 2019.

Selain karena pandemi, penegakan hukum, terutama di Nigeria dan negara Afrika lain, memainkan peran penting. Nigeria diidentifikasi sebagai pusat ekspor utama untuk gading dan sisik trenggiling. Pada 2019, 70% penyitaan besar sisik trenggiling dan gading telah dikirim dari pelabuhan laut Nigeria. Laporan mengenai penyitaan besar dan aktivitas kriminal terkait satwa liar juga bermunculan dari Nigeria.

Merespons hal tersebut, Nigeria mengeluarkan dan menerapkan strategi nasional lima tahun untuk memerangi kejahatan terhadap satwa liar. Strategi ini ditujukan untuk memperkuat kerangka hukum, meningkatkan kapasitas kelembagaan, meningkatkan kesadaran tentang kejahatan terhadap satwa liar, dan menyediakan mata pencarian alternatif bagi komunitas yang rentan terlibat kejahatan satwa liar.

Cina yang menjadi konsumen utama sisik tenggiling, juga menghapus sisik tenggiling dari formulasi pengobatan tradisional Tiongkok.

Negara-negara Afrika, seperti Kamerun, Kongo, dan Uganda menjadi sumber utama ekspor sisik trenggiling. Sementara itu, Angola dan Mozambik juga menjadi titik panas untuk pengiriman gading dari Afrika. Dua negara ini terdapat jaringan penyelundupan yang digunakan oleh para penyelundup cula badak.

Penurunan harga gading dan sisik tenggiling juga berkontribusi terhadap berkurangnya perdagangan ilegal kedua satwa tersebut. Harga sisik tenggiling telah turun sekitar 70% antara 2017 hingga 2021. Sedangkan harga gading mengalami penurunan hingga setengahnya di tahun 2018-2020 dibanding harga tertingginya di tahun 2013.

Walau sisik tenggiling dan gading gajah turun, perdagangan kedua produk tersebut masih eksis. Antara 2023 hingga April 2025, sebanyak 25 ton gading telah disita di seluruh dunia. Sementara di November 2024 lalu, 1,2 ton sisik tenggiling disita di Indonesia.

Selain itu, menurunnya penyitaan tak serta merta berarti aktivitas perdagangan satwa liar menurun. Sebab, penyitaan hanya merepresentasikan sebagian kecil dari perdagangan ilegal yang berlangsung dan terdeteksi.

Perdagangan satwa liar turun karena populasi satwa liar juga turun secara drastis. Menurut IUCN, delapan spesies tenggiling terancam punah, enam lainnya masuk kategori spesies terancam.

Ikuti percakapan tentang perdagangan satwa di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain