Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 11 Agustus 2025

Reforestasi Tak Bisa Sembarangan Tempat

Reforestasi menjadi andalan mengatasi perubahan iklim. Ada batasannya.

Reforestasi (foto: Climate Transform)

DARI pekarangan rumah, jalanan kota, hingga hamparan luas setelah kebakaran, menanam kembali pohon telah lama diakui sebagai solusi jitu dan murah memerangi perubahan iklim. Reforestasi banyak dilakukan di berbagai negara. Namun, reforestasi tak bisa dilakukan di semua tempat.

Dengan perubahan iklim yang semakin cepat, banyak pihak, mulai dari korporasi hingga negara, melakukan reforestasi untuk memotong emisi dan memulihkan alam. Namun, sering kali proyek reforestasi hanya sekadar menanam pohon, tanpa meninjau kesesuainnya. Walhasil, tak sedikit proyek reforestasi yang nihil hasil.

Tidak semua tempat cocok untuk reforestasi, berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan oleh The Nature Conservancy (TNC) dan diterbitkan di jurnal Nature Communications. Mereka meninjau temuan dari 89 studi tentang reforestasi, mengelaborasi, hingga menghasilkan peta yang menunjukkan tempat dimana paling cocok untuk dilakukan reforestasi. 

Dengan metode konservatif, para ilmuwan mengidentifikasi ada 195 juta hektare lahan yang paling sesuai untuk reforestasi. Lahan seluas itu adalah yang paling kecil kemungkinan menimbulkan konflik masyarakat, prioritas sebagai habitat satwa, dan konservasi air. Singkatnya, 195 juta hektare tersebut punya kecocokan dan potensi keberhasilan yang tinggi.

Peta kesesuaian reforestasi (sumber: Nature Communications)

Luar areal reforestasi itu 71-92% lebih rendah dibanding estimasi studi-studi sebelumnya. Studi kali ini mempertimbangkan berbagai aspek, seperti faktor albedo, dimana menanam pohon justru dapat memanaskan bumi di beberapa lokasi.

Para peneliti juga tidak memasukkan padang rumput alami dan ekosistem sejenis lainnya dalam perhitungan. Sebab, penanaman pohon di ekosistem tersebut justru dapat mengubah lanskap ekosistem, mengubah fungsinya, dan justru dapat merusak keanekaragaman hayati.

Selain itu, studi ini juga mempertimbangkan dampak kebijakan dan hak atas tanah terhadap ketersediaan lahan untuk reforestasi. Dimana studi-studi lainnya sering mengesampingkan bagaimana reforestasi bisa berdampak negatif terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar.

Sisi positifnya, identifikasi lahan yang dihasilkan memberi gambaran paling realistis. Dimana proyek reforestasi benar-benar dapat berjalan dengan dampak negatif minimal dan manfaat maksimal bagi manusia dan alam.

Jika wilayah seluas 195 juta hektare tersebut dihijaukan kembali, kawasan tersebut dapat menyerap 2,2 miliar ton karbon dioksida per tahun. Jumlah emisi yang setara dengan seluruh emisi di negara Uni Eropa.

Studi ini mempertegas, bahwa reforestasi bukanlah silver bullet. Selama ini, reforestasi dipandang sebagai cara termurah dan terbaik untuk mengatasi perubahan iklim. Namun, kenyataannya tak seindah itu.

Pemerintah Inggris berjanji menanam sejuta pohon antara 2020-2024. Salah satu negara bagian di India menanam 50 juta pohon dalam satu hari di tahun 2016. Ethiopia mengklaim telah menanam 350 juta pohon.

Dulu, kita juga pernah digemborkan jika kita bisa menanam satu triliun pohon, maka kita bisa menyerap seperempat karbon dioksida yang ada di atmosfer. Namun, klaim tersebut dikritik karena terlalu berlebihan dan dibesar-besarkan.

Reforestasi dan menanam pohon adalah tindakan baik. Namun terlalu berharap dan berfokus pada reforestasi akan menimbulkan bias. Sebab, perubahan iklim hanya dapat diatasi dengan multi-solusi dan aksi.

Berhenti menebang hutan "hanya" akan mengurangi emisi tahunan 10%. Solusi utamanya adalah bagaimana kita mengurangi sebesar mungkin emisi gas rumah kaca.

Ikuti percakapan tentang reforestasi di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Terpopuler

Komentar



Artikel Lain