Untuk bumi yang lestari

Laporan Utama| Oktober-Desember 2019

Perhutanan Sosial 4.0

Perhutanan sosial memasuki fase ketiga: menjadi solusi konflik tenurial, meningkatkan taraf hidup petani di sekitar hutan, dan tercapai kelestarian ekologi. Prinsip dasarnya adalah mengubah orientasi pemberian akses terhadap hutan, dari paradigma bisnis kepada korporasi selama 1970-2000, menjadi orientasi kepada masyarakat yang secara empiris terbukti lebih mampu menjaga rimba secara berkelanjutan. Dengan targetnya seluas 13,8 juta hektare, perhutanan sosial masih tertatih-tatih sebagai andalan mengentaskan kemiskinan dan menumbuhkan ekonomi masyarakat kecil: hanya mengejar target realisasi pemberian izin, prinsip pelibatan masyarakat yang belum ajek, hingga lambatnya mesin birokrasi yang belum simultan mendorong tercapainya tiga tujuan itu.

Rotasi tebang di hutan Boyolali, Jawa Tengah (Foto: R. Eko Tjahjono)

SEBAGAI mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB, saya mendengar istilah perhutanan sosial sejak memasuki semester III, ketika penjurusan setelah setahun menempuh mata kuliah umum di tingkat satu. Istilah itu diambil dan diterjemahkan dari “social forestry” yang jamak dipakai para peneliti untuk menyebut praktik masyarakat sekitar hutan mengelola rimba sebagai sumber hidup mereka.

Kehu....

Klik Login jika Anda pernah membeli artikel ini.
Dukung kami dengan menjadi Pelanggan melalui tombol Daftar dan Deposit.
 
 
 


Anggota dewan redaksi, konsultan kehutanan dan lingkungan.

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain