Untuk bumi yang lestari

Pojok Restorasi| 20 Oktober 2021

Mangrove yang Menguatkan Tarakan

Nelayan Kota Tarakan menanam mangrove di pesisir pantai. Melindungi pesisir dan menolong secara ekonomi.

Nelayan Kota Tarakan saat menanam mangrove di pesisir pantai (Foto: Swary Utami Dewi)

PEKAN lalu saya menghabiskan waktu bersama puluhan keluarga nelayan di pesisir mangrove Kelurahan Mamburungan di Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Mereka adalah keluarga nelayan dari berbagai etnis yang sudah kawin-mawin dengan orang lokal. Umumnya dengan Suku Tidung dan beranak cucu di sini.

Mangrove Tarakan telah menyelamatkan hidup penduduk di pesisir Mamburungan. Pandemi Covid-19 membuat hasil tangkapan laut mereka tak bisa dijual akibat karantina wilayah. Biasanya para nelayan menjual hasil laut berupa ikan hingga ke Tawau, Malaysia. Kebijakan penutupan wilayah membuat hasil laut bahkan tak laku terjual di pasar lokal.

Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Mangrove kerja sama antara Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyambung hidup nelayan Tarakan. Program ini membuat budi daya mangrove menjadi bermanfaat secara ekonomi.

Dana PEN mengalokasikan Rp 2.600 per bibit mangrove. Nelayan yang menanamnya mendapat upah Rp 130.000 per hari. Program ini berlangsung selama tiga bulan dengan bibit mangrove yang bisa ditanam nelayan mencapai 120.000 bibit.

Penyaluran dana PEN melalui kelompok Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Mamburungan. Menurut Rohayati, anggota LPM, mereka berbagi tugas antara lelaki dan perempuan dalam menyalurkan dana PEN.

Para lelaki umumnya mencari bibit (propagul), sementara perempuan menyiapkan polibag yang diisi tanah berlumpur. Kira-kira dua bulan kemudian, bibit yang tumbuh di polibag sudah cukup besar untuk ditanam di habitatnya, di pesisir Kota Tarakan.

Saat menanam, baik lelaki maupun perempuan terlibat. Mangrove mereka tanam kala air laut di pesisir sedang surut. Meski tidak diberi kewajiban menjaga mangrove yang mereka tanam, anggota kelompok menjaga agar bibit mangrove tak tersapu ombak besar atau terganggu oleh ranting kayu yang hanyut. Bibit ditanam kembali dan biasanya saat tanam, bibit diperkuat dengan penyangga.

Secara sosial, meski hanya puluhan nama penduduk setempat yang terdaftar, kerja menyiapkan bibit dan menanam mangrove dilakukan secara gotong royonh. Untuk membagi dana PEN, merurut Ketua LPM Abdul Hamid, dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama.

Prinsipnya, setiap orang di kelurahan tersebut diajak bekerja menanam mangrove. Sehingga nelayan yang bukan anggota LPM pun tetap mendapat penghasilan di kala pandemi.

Selain 120 ribu bibit mangrove yang akan mereka tanam sampai menjelang akhir 2021, anggota kelompok membuat program merawat mangrove di areal 15 hektare di pesisir Kota Tarakan itu. Dengan mangrove itu, kota ini terhindar dari abrasi pantai.

Kelak mangrove itu akan menjadi rumah bagi pelbagai biota laut. Selain menjaga lingkungan, mangrove akan menjadi sumber baru ekonomi para nelayan.

Mangrove juga ekosistem paling kuat dalam menyerap emisi. Menurut Rektor IPB Arif Satria, dengan luasnya yang mencapai 3 juta hektare, mangrove Indonesia bisa menghindarkan emisi sebanyak 190 juta ton setara CO2 menjadi gas rumah kaca ke atmosfer yang menimbulkan pemanasan global atau menghindarkan emisi tahunan sebanyak 25%.

Koreksi 27 Oktober 2021 pada laju kehilangan mangrove.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Board Kawal Borneo Community Foundation dan anggota The Climate Reality Leaders of Indonesia.

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain