
SETAHUN lalu, tepatnya April 2024, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan International Coral Reef Initiatives mengkonfirmasi bahwa kita tengah mengalami pemutihan karang global keempat. Pemutihan terumbu karang besar-besaran tersebut masih terjadi hingga hari ini.
Selama dua tahun, 1 Januari 2023 hingga 30 April 2025, 83,7% terumbu karang di seluruh dunia telah memutih. Peristiwa ini terdokumentasi di setidaknya 83 negara dan wilayah. Angka tersebut membuat pemutihan terumbu karang global saat ini terburuk sepanjang sejarah.
Sebelumnya, rekor terparah terjadi saat pemutihan karang global ketiga pada 2014-2017. Saat itu, 68,2% area terumbu karang dunia memutih. Dunia juga pernah mengalami pemutihan karang global yang pertama pada 1998 dan kedua pada 2010. Dengan makin singkatnya interval antar peristiwa pemutihan karang global, makin sempit waktu yang dimiliki terumbu karang untuk pulih.
Indonesia, rumah 16% dari total luas terumbu karang, juga kena imbas. Di Kawasan Konservasi Laut Matra di Nusa Tenggara Barat, hanya 247 hektare atau 10% dari total luas ekosistem terumbu karang Gili Matra yang masih bertahan.
Gili Matra adalah satu dari 12 kawasan konservasi perairan di Indonesia yang terumbu karangnya memutih setiap tahun hingga 2030. Jika perubahan iklim konsisten, pada 2044 diperkirakan terumbu karang di 99 kawasan konservasi perairan Indonesia memutih setiap tahun. Tahun 2075, diprediksi seluruh 161 kawasan konservasi perairan Indonesia akan memutih setiap tahun. Bukan hal mustahil jika terumbu karang akan musnah dalam setengah abad kedepan.
Pemutihan karang terjadi ketika suhu air laut terlalu hangat sehingga karang mengeluarkan ganggang berwarna yang hidup di dalamnya. Akibatnya, terumbu karang yang berwarna menjadi putih pucat.
Laut menyerap sekitar 90% panas yang disebabkan oleh perubahan iklim. Dengan perubahan iklim yang semakin memburuk, suhu air laut semakin hangat. Pada 2024, suhu permukaan laut rata-rata mencatat rekor tertinggi, yaitu 0,6o Celcius lebih tinggi dibanding rata-rata suhu permukaan laut pada 1980-2010.
Dengan kondisi saat ini, laju regenerasi terumbu karang akan kalah dengan laju kehilangannya. Mau tidak mau, jika kita ingin terumbu karang tetap eksis, kita perlu teknologi yang dapat mengakselerasi pemulihan terumbu karang. Salah satunya dengan menumbuhkan terumbu karang pada struktur buatan.
Studi di Jepang selama 29 tahun telah membuktikan bahwa penggunaan struktur buatan mampu mempercepat pemulihan terumbu karang. Dalam waktu enam tahun, terumbu karang yang tumbuh di struktur buatan pulih hampir mendekati kondisi aslinya. Walau keragaman spesiesnya lebih rendah dibanding terumbu karang yang tumbuh di struktur alami.
Pemutihan terumbu karang bukan hanya sekadar kehilangan estetika ekosistem. Pemutihan karang menghilangkan 25% ikan dan biota laut yang bergantung pada ekosistem ini. Akibatnya, hidup 1 miliar penduduk akan terpengaruh.
Ikuti percakapan tentang terumbu karang di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.

Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :