Untuk bumi yang lestari

Pojok Restorasi| 11 Mei 2023

Konservasi Pohon Pelawan di Habitat Endemik

Pelawan menjadi tanaman khas dengan banyak fungsi. Apa saja manfaat bagian-bagian pohon pelawan?

Hutan pelawan

PELAWAN (Tristaniopsis merguensis Griff) populer Pulau Bangka dan beberapa kabupaten di Sumatera Selatan, seperti Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, dan Muara Enim. Masyarakat di daerah-daerah tersebut memakai bagian-bagian pohon pelawan bahan obat.

Daun pelawan biasa dipakai sebagai obat demam, obat luka, dan mencegah hipertensi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daun pelawan memiliki potensi sebagai obat antidiabetes, antioksidan, dan antikolesterol. Sebab daun pelawan memiliki kandungan senyawa-senyawa aktif sebagai bahan baku obat seperti flavonoid, saponin, tannin, steroid, dan triterpenoid.

Masyarakat di wilayah endemik pohon pelawan menggunakan daunnya sebagai obat dengan perlakuan sederhana, yakni mengolahnya menjadi bubuk teh dan sebagai minuman kesehatan atau secara langsung meminum rebusan daunnya.

Berbeda dengan daun, batang pelawan bisa menjadi bahan baku kayu energi, yaitu sebagai kayu bakar dan sebagai bahan baku pembuatan arang. Penggunaan ini didasari oleh sifat fisik kayu pelawan yang mempunyai densitas yang tinggi yaitu 1,18 gram per sentimeter kubik, kadar air dan kadar abu yang rendah pada saat pembakaran.

Arang pelawan punya kualitas tinggi dan merupakan salah satu komoditas ekspor dari Sumatera Selatan. Kualitas arang pelawan memiliki nilai kalor 6.585 kilo kalori per kilogram—jauh lebih tinggi dibanding kaliandra sebesar 4.509 kilo kalori per kilogram. Selain sebagai kayu energi, kayu pelawan juga digunakan sebagai bahan bangunan, bahan baku pembuatan kapal dan sebagai tajar perkebunan lada.

Secara taksonomi pelawan termasuk ke dalam famili Myrtaceae. Batangnya yang kecil dengan diameter hingga 10 sentimeter dan tinggi mencapai 15 meter, mempunyai warna merah atau kuning cerah dan menarik sehingga menambah nilai artistik dan mempunyai penampilan yang cukup menonjol pada areal sebaran alaminya. 

Pada habitat alaminya, berupa dataran rendah yang cukup lembap seperti lahan rawa, hutan pantai, dan lahan kering yang dekat aliran air, pelawan punya peran ekologis yang bermanfaat bagi masyarakat. Bunga pelawan mempunyai aroma yang khas dan menghasilkan nektar yang menjadi makanan bagi lebah madu (Apis dorsata).

Lebah ini menghasilkan madu yang mempunyai rasa dan aroma yang khas yang dikenal sebagai madu pelawan. Madu pelawan dipercaya sebagai madu yang berkhasiat obat dan bermanfaat bagi kesehatan. Selain itu sistem perakaran pelawan merupakan inang salah satu jenis jamur yang dapat dimakan dari jenis Heimioporus sp dan dikenal dengan jamur pelawan. Kedua produk ini, baik madu dan jamur pelawan merupakan komoditas yang laku di pasar dengan harga yang tinggi sehingga dapat menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat.

Eksploitasi kayu pelawan untuk kebutuhan produksi arang pelawan berlangsung intensif di Sumatera Selatan. Pengumpulan bahan baku kayu pelawan dilakukan oleh kelompok masyarakat dari hutan-hutan sekunder di wilayah Muaraenim dan Ogan Komering Ilir untuk memenuhi kebutuhan industri arang pelawan yang terdapat di Indralaya. Eksploitasi pelawan yang intensif berlangsung dalam waktu lama telah mengakibatkan penurunan potensi dan kerusakan tempat tumbuh pelawan sehingga peran ekologis dan produktif tegakan pelawan telah mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Untuk menghindari penurunan kualitas habitat pelawan perlu langkah-langkah strategis berupa tindakan konservasi, revegetasi tempat tumbuh dan budidaya jenis pelawan. Konservasi dapat dilakukan di dalam maupun di luar habitat alami suatu jenis. Salah satu upaya konservasi habitat pelawan telah dilakukan di hutan Pelawan di Desa Namang, Kepulauan Bangka Belitung, yang telah ditetapkan sebagai Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) pada 2013 dengan areal seluas 47,4 hektare.

Pemerintah Bangka Tengah menetapkan tiga fungsi Taman Kehati ini, yaitu fungsi konservasi sumber daya hayati, fungsi pembangunan berkelanjutan dan fungsi logistic support (pendidikan, penelitian, dan monitoring). Konservasi pelawan di kawasan ini melibatkan masyarakat agar mereka memperoleh manfaat ekonomi.

Kearifan lokal masyarakat berperan mengelola dan menjaga kelestarian pelawan. Tradisi musung madu merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat di sekitar Taman Kehati hutan pelawan melalui kegiatan mengelola lebah madu Apis dorsata di alam untuk memperoleh madu dengan membuat sunggau tempat lebah bersarang. 

Tradisi musung madu di hutan Pelawan akan menghasilkan madu pelawan yang mempunyai rasa dan aroma yang khas dan dikenal juga dengan madu pahit, karena mempunyai rasa yang sedikit pahit. Madu pelawan sangat bermanfaat untuk Kesehatan karena mengandung senyawa-senyawa aktif seperti flavonoid, vitamin, asam amino, asam glukon, protein, dan senyawa antioksidan seperti hidrogen peroksida.

Kearifan lokal lainnya pada Taman Kehati hutan pelawan adalah pengelolaan jamur pelawan (Heimioporus sp). Jamur pelawan adalah jamur makan yang mempunyai cita rasa khas. Jamur pelawan merupakan salah satu jenis ektomikoriza, jamur yang berasosiasi dengan sistem perakaran pelawan. Jamur ini tumbuh pada saat musim hujan dan diyakini masyarakat bahwa jamur ini akan tumbuh serempak pada saat terjadi petir.

Jamur pelawan yang tumbuh banyak pada musim hujan dipanen dan diawetkan oleh masyarakat dengan cara dijemur hingga kering dan dapat disimpan selama beberapa bulan untuk dimakan pada saat yang dikehendaki. Jamur ini juga dijual di pasar dengan harga yang cukup tinggi, Rp 2 juta per kilogram.

Pengelolaan madu dan jamur menjadi faktor pendorong masyarakat melakukan upaya konservasi dan menjaga ekosistem hutan pelawan di Taman Keanekaragaman Hayati Hutan Pelawan, sehingga bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.

Upaya lain menjaga kelestarian pelawan dengan kegiatan revegetasi dan budidaya. Hakikat revegetasi dan budidaya adalah kegiatan penanaman, namun tujuan kedua kegiatan tersebut berbeda. Revegetasi bertujuan untuk memulihkan suatu ekosistem yang telah mengalami degradasi sedangkan budidaya dimaksudkan untuk tujuan produksi.

Lahan gambut salah satu tempat tumbuh jenis pelawan, sehingga jenis ini merupakan salah satu alternatif pilihan dalam kegiatan revegetasi. Salah satu contoh revegetasi lahan gambut dengan jenis pelawan telah dilakukan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2020 di hutan produksi terbatas Pedamaran Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan.

Revegetasi tersebut dilakukan untuk memulihkan lahan gambut yang telah berubah dari tutupan hutan menjadi semak belukar akibat terjadinya kebakaran berulang. Selain untuk memulihkan ekosistem, revegetasi lahan gambut dengan jenis pelawan diharapkan dapat pula meningkatkan serapan karbon pada lahan gambut.

Budidaya pelawan melalui sistem pangkas trubus (coppice system), karena pelawan punya kemampuan menghasilkan trubusan. Budidaya pelawan dengan sistem pangkas trubus cukup efektif karena penanaman hanya dilakukan satu kali dan selanjutnya trubusannya dapat dipelihara dan dipanen secara berkelanjutan dengan daur 3-5 tahun.

Dalam mengembangkan sistem pangkas trubus pelawan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan membangun demplot pangkas trubus pelawan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kemampo, Sumatera Selatan, pada 2016. Pembangunan demplot dimaksudkan dalam rangka kegiatan penelitian dan sosialisasi sistem pangkas trubus pelawan kepada masyarakat, termasuk dunia pendidikan. 

Hingga kini pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk melestarikan hutan pelawan, baik berupa kegiatan konservasi, revegetasi, maupun budidaya. Dalam konteks ini pemerintah berperan sebagai regulator dengan mengeluarkan berbagai kebijakan yang relevan yang berfungsi sebagai acuan atau pedoman bagi masyarakat dalam melestarikan hutan pelawan.

Pemerintah juga berperan melalui lembaga riset dan pendidikan untuk menemukan inovasi-inovasi baru dalam pengelolaan dan pemanfaatan pelawan pada berbagai sektor, baik sektor kesehatan maupun industri. Pada akhirnya, keberhasilan berbagai upaya pelestarian hutan pelawan membutuhkan dukungan masyarakat sebagai subjek yang berperan aktif dalam upaya pemanfaatan dan pelestarian tersebut.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Peneliti ahli madya Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain