Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 13 Juni 2025

Alternatif Kebijakan Mencapai Biodiesel B50: Sawit Berbasis Komunitas

Perluasan perkebunan sawit demi memenuhi ambisi biodiesel Indonesia akan memicu lebih banyak kerugian. Mengapa?

Petani skala kecil (foto: UNDP)

SEBAGAI produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia punya target ambisius mengembangkan biodiesel, terutama yang berbasis kelapa sawit. Dalihnya mencapai kedaulatan energi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Sejak Januari tahun ini, Indonesia mewajibkan semua solar mengandung 40% biodiesel berbasis kelapa sawit, atau yang dikenal dengan B40. Tahun depan, pemerintah berencana menaikkan angka ini menjadi B50.

Untuk memenuhi ambisi itu, Indonesia berencana memperluas perkebunan kelapa sawit. Dalam analisis Madani Berkelanjutan, setidaknya butuh tambahan lahan seluas 4,72 juta hektare untuk memenuhi ambisi tersebut. Keuntungan ekonomi yang bisa diperoleh diperkirakan mencapai US$ 31,36 miliar. Namun, keuntungan itu dinikmati oleh korporasi besar.

Warga desa dan petani skala kecil akan terdampak oleh ekspansi perkebunan kelapa sawit. Ekspansi ini juga akan menimbulkan peningkatan emisi gas rumah kaca dan konflik lahan. Jika diuangkan kerugiaan itu sebesar US$ 4,72 miliar dalam bentuk kerusakan ekologis dan sosial.

Ekspansi perkebunan kelapa sawit bukan satu-satunya cara memenuhi ambisi B50. Ada alternatif lain yakni model berbasis komunitas dan diversifikasi biofuel. Model ini akan lebih menguntungkan bagi perekonomian desa tanpa menimbulkan biaya ekologis dan sosial besar.

Dalam skenario ini, perkebunan kelapa sawit tidak perlu diperluas, melainkan produktivitas perkebunan petani skala kecil ditingkatkan dari 3,41 ton per hektare menjadi 6 ton per hektare. Peningkatan produktivitas petani kebun sawit dilakukna melalui peremajaan dan perbaikan praktik pertanian berkelanjutan.

Madani Berkelanjutan, LSM, telah mengidentifikasi 9 juta hektare perkebunan tua yang sebagian besar dimiliki petani kecil. Dengan peremajaan dan perbaikan praktik pertanian berpotensi meningkatkan produksi.

Untuk memperkuat pasokan biofuel dalam negeri, skenario ini mengusulkan sistem desentralisasi. Badan usaha milik desa dan koperasi bisa memproduksi hingga 10% total pasokan biodiesel.

Selain itu, skenario ini juga menyerukan diversifikasi bahan baku biofuel, seperti minyak biji pohon karet dan nyamplung. Dalam analisisnya, Madani menghitung penerapan skenario ini akan memberi manfaat langsung bagi perekonomian desa sebesar US$ 2 miliar dalam kurun 10 tahun. Skenario ini juga menghindarkan deforestasi, emisi karbon, dan konflik sosial yang rentan muncul jika ekspansi kelapa sawit dilakukan.

Dalam analisis Madani Berkelanjutan, bersama Sawit Watch dan Satya Bumi, daya dukung lingkungan Indonesia untuk perkebunan kelapa sawit dibatasi maksimal sebesar 18,15 juta hektare. Perhitungan ini menggunakan model jejak ekologi dengan 14 variabel pembatas, mulai dari air, kawasan konservasi, hingga keanekaragaman hayati.

Dengan 17,3 juta hektare lahan sudah ditanami kelapa sawit, daya dukung lingkungan di ambang melampaui batas tersebut. Hal ini berpotensi meningkatkan risiko kerusakan ekologis yang tak dapat dipulihkan.

Skenario alternatif dengan kolaborasi bersama petani skala kecil dan diversifikasi akan menghindarkan kerugian dari perluasan perkebunan kelapa sawit. Hasilnya, skenario ini akan menghasilkan manfaat ekonomi bersih yang lebih tinggi, yakni US$ 37,1 miliar, dibandingkan dengan US$ 31,3 miliar dalam skenario business as usual perluasan kebun kelapa sawit dalam rencana pemerintah.

Selain itu, strategi alternatif ini juga menyelaraskan ambisi dan kebijakan biofuel Indonesia yang punya tujuan lebih luas. Yakni transisi energi yang adil, pemberdayaan pedesaan, serta perlindungan hutan dan iklim.

Ikuti percakapan tentang biodiesel di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain