Untuk bumi yang lestari

Surat dari Darmaga| 20 Desember 2020

Pohon Juga Bisa Stres

Pohon bisa stres karena tekanan dari luar, terutama serangan hama. Jadi jangan memaku pohon karena itu membuat luka yang jadi pintu masuk virus.

Jamur pada pohon yang masuk karena batangnya terluka dan memakan nutrisi pohon (Foto: Wiene Andriyana)

SEPERTI makhluk hidup lain, pohon juga bisa stres. Tak bisa berpindah untuk menghindari bahaya, mereka dipaksa menerima berbagai tekanan dari sekelilingnya. Dengan keadaannya seperti itu, pohon memiliki mekanisme menghadapi stres, menahan tekanan, dan memulihkan diri. 

Stres pada pohon berasal dari faktor-faktor alami maupun buatan. Ada empat kelompok penyebab stres pada pohon, yaitu: lingkungan/alami (kekurangan nutrisi, kekeringan, angin, banjir, kondisi beku, terbakar matahari); manusia (polusi, kerusakan karena mesin, pemadatan tanah, pemadatan tanah, kelebihan air dan pupuk, pemangkasan yang tidak tepat); binatang (nematoda, serangga, burung, rusa, kelinci, tikus); tumbuhan (virus, jamur, rerumputan, bakteri, mikoplasma).

Faktor-faktor bersifat ringan dan kronis, terutama jika berulang dan terjadi dalam waktu lama, seperti pemadatan tanah atau nutrisi buruk. Sementara yang bersifat akut jika tekanannya mendadak dan berdampak segera, seperti banjir atau udara beku, dan kegiatan konstruksi atau perburuan.

Dampak stres terhadap pohon dengan mudah terlihat tapi bisa juga samar-samar. Fotosintesis menjadi kunci kesehatan pohon. Jika mahluk lain tumbuh dengan bentuk seperti induknya, pohon berkembang secara modular dengan mengikuti dua blok: tunas (shoots) dan akar (roots).

Ketika sistem akarnya rusak karena pekerjaan konstruksi atau pemadatan tanah, akar tidak bisa lagi menyuplai air dan nutrisi dari tanah. Ketika batang atau cabang rusak, aliran karbohidrat ke bagian-bagian pohon terhenti. Akibatnya, pertumbuhan pohon terhambat.

Jika tekanan ini terus berlangsung dalam jangka panjang tanpa ada intervensi perbaikan, pohon mungkin bereaksi dengan memproduksi lebih sedikit daun dan percabangannya, yang lama-kelamaan akan mati. Karena itu hama dan penyakit tanaman juga rentan menyerang pohon. 

Dalam The Hidden Life of Trees ada penjelasan bahkan pada ekosistem tumbuh yang ideal, pohon tetap rentan terhadap serangan serangga, jamur, bakteri, dan virus. Pelbagai organisme itu selalu siaga menyerang pohon dengan menunggu waktu optimal untuk melukainya. Kondisi paling enak menyerang pohon ketika mereka tumbang karena hujan atau angin kencang. Pohon tumbang akan menimpa dan melukai pohon lain sehingga batang menjadi terbuka.

Luka pada batang pohon, terutama yang masih basah, adalah tempat favorit jamur berkembang, yang akan mencuri nutrisi. Untuk serangan ini, jaringan pohon akan mendorong diri tumbuh secepatnya, dan menutupi luka tersebut agar tidak sampai merusak kayu inti atau kayu teras (heartwood).

Proses pemulihan ini berjalan sangat lambat. Banyak studi yang menunjukkan bahwa sebuah pohon biasanya butuh waktu lima tahun memulihkan luka itu. Jika dalam pertempuran itu jamur yang menang, batang pohon akan rusak, lalu membusuk atau gerowong.

Dalam Northern Woodlands dikatakan bahwa luka tetap akan selalu ada/tersisa di dalam pohon. Mekanisme unik pada pohon akan memblokade dan mengelola wilayah yang terluka ini, untuk mencegah pembusukan dan memungkinkan pertumbuhan baru agar batang terus berlanjut di luar wilayah yang terluka.

Ketika saya meneliti jati, gerowong pada batang tak menyebabkan mereka segera mati. Mereka berusaha semaksimal mungkin memulihkan diri sebelum patogen menyerang. Dalam Plant Physiology ada penjelasan bahwa kompleksitas dinamika fisiologi pohon-pohon di wilayah musim dingin untuk bertahan hidup salah satunya dengan menyusutkan diameter batangnya.

Penelitian lain menunjukkan dampak dan intensitas tekanan yang teramati pada pohon biasanya muncul karena kombinasi beberapa faktor. Misalnya, serangan hama dan penyakit pada pohon akan semakin besar dampaknya, bahkan mewabah, jika terjadi bersamaan dengan faktor alam, misalnya kekeringan panjang.

Studi dalam Global Change Biology yang memanfaatkan informasi dalam cincin pohon menunjukkan bagaimana perubahan iklim telah memperparah dampak wabah penyakit pada pohon yang disebabkan oleh bark beetle di wilayah Amerika Utara.

Untuk mendapatkan pertumbuhan pohon yang optimal dan menghasilkan manfaat intangible maupun tangible yang bernilai ekonomi tinggi, meminimalisasi dan mengelola tekanan terhadap pohon menjadi salah satu kuncinya. Termasuk pemilihan jenis yang sesuai dengan kondisi syarat tumbuh dan toleran terhadap tekanan cuaca setempat, berikut perlakuan pemangkasan dan penjarangan yang sesuai. 

Pemeriksaan pohon secara berkala oleh tree arborist yang berkualifikasi juga penting, khususnya pada kondisi darurat, agar cara alamiah pemulihan pohon berlangsung dengan cepat dan tepat.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Rimbawan tinggal di Kanada. Menyelesaikan pendidikan doktoral dari University of Natural Resources and Life Sciences Wina, Austria, dengan disertasi dampak desentralisasi terhadap tata kelola hutan di Jawa

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain