Untuk bumi yang lestari

Surat dari Darmaga| 28 Maret 2020

Earth Hour, Waktunya Mensyukuri Bumi

Di dalam Al-Quran, kata bumi disebut sampai 444 kali dengan konotasi yang positif. Earth Hour momen kita mensyukuri bumi dan memberinya hak sejenak bernapas lebih lapang.

Earth Hour

BESOK malam, 28 Maret 2020, mulai pukul 20.30, jutaan orang di bumi melaksanakan Earth Hour, atau satu jam untuk bumi. Kegiatan yang digagas World Wide Fund for Nature (WWF) ini, kita mematikan perangkat elektronika selama satu jam sebagai simbol dari komitmen kita menjaga bumi. Kenapa mematikan perangkat elektronika? Karena pemakaian energi secara besar-besaran merupakan salah satu faktor yang merusak bumi.

Tentu saja, satu jam tidak terlalu berpengaruh kepada bumi. Masih ada 8.759 jam lainnya kita menggunakan energi dan sumber daya dari bumi secara sembrono. Tapi, satu jam adalah simbol untuk mengingat. Sebuah momen yang kita pakai untuk kembali menyadarkan kita akan pentingnya menjaga bumi di momen-momen lain.

Ini mirip dengan, misalnya, salat yang kita lakukan hanya 5-10 menit untuk menjaga kesadaran kita untuk selalu menjadi orang baik pada momen-momen lainnya. Itu bukan berarti setelah salam kita tidak sadar lagi, tidak mengingat Tuhan lagi. Justru dengan memanggil kembali kesadaran (recall) kita akan lebih memahami apa artinya panggilan yang sekali tapi rutin itu. Hal yang sama juga saat kita berdzikir atau membaca Al-Quran.

BACA: Satu Jam Mematikan Lampu Setara Menanam 6.000 Pohon

Di dalam Al-Quran, kata bumi disebut sampai 444 kali. Bumi, dalam bahasa Arab disebut ardh, mirip dengan earth dalam bahasa Inggris. Kata ardh berasal dari aridha yang berarti duduk diam di satu tempat. Maksudnya adalah, bumi sebagai tempat tinggal, tempat menetap. Hal ini dikatakan oleh Allah SWT kepada Adam saat menyuruhnya dan Hawa untuk turun dari surga: “... dan untuk kalian bumi sebagai tempat tinggal dan di sana ada bekal dalam waktu tertentu.” (Surat Al-Baqarah ayat 36).

Meski bumi adalah tempat diturunkannya manusia dari surga, Al-Quran meminta kita untuk memandang bumi sebagai tempat yang sangat indah dan nyaman. Saat memberi sifat kepada bumi, Allah selalu memakai kata yang positif: “bumi bagai hamparan karpet”, “bumi menumbuhkan makanan”, “bumi adalah sumber berkah, dan lain sebagainya”.

Karena itu, selain membicarakan soal kenyamanan bumi, kata bumi juga kerap disandingkan dengan kata “merusak”, seperti jangan merusak bumi (2:11), saat berkuasa banyak orang yang merusak bumi (2:205), dan lain-lain.

Terkait dengan Earth Hour, ketika kita diminta menyadari bumi dan kebaikan yang diberikannya, ada banyak ayat Al-Quran yang meminta kita memikirkan dan menyadari keberadaan bumi dan apa saja yang ada di atasnya. Hal ini, misalnya, dikatakan oleh Allah di surat Al-Baqarah ayat 164, satu surat yang memuat tiga kali kata bumi.

“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang berguna untuk manusia, hujan yang Allah turunkan dari langit, lalu dengan itu Dia hidupkan bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti.”

Tiga cara Allah berbicara tentang bumi (sebagai karunia, larangan merusak, dan kesadaran akan bumi), adalah cara kita mensyukuri hal terbesar yang Ia berikan kepada kita: bumi.

Mensyukuri bumi tidak hanya dengan berkata “Alhamdulillah” saat melihat pemandangan indah. Mensyukuri bumi adalah dengan memanfaatkan bumi sebaik-baiknya, tidak serakah dan mengeruk isinya secara gegabah, dan menjaganya tetap asri. Salah satunya dengan tidak memakai energi yang berlebihan.

Sebab pemakaian energi berlebihan akan menghasilkan emisi, emisi akan merusak ozon yang membuat atmosfer tak lagi bisa menyerap panas matahari yang dipantulkan planet ini. Akibatnya adalah pemanasan global. Akibatnya bencana mengintip kita di tiap waktu. Mari mensyukuri bumi dengan mematikan lampu dan semua alat elektronik barang satu jam. Biarkan bumi bernapas dengan lapang...

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Sarjana Hadits Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar, Kairo

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain