Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 18 Mei 2025

25 Primata Paling Terancam di Dunia. Apa Saja?

Primata adalah kelompok mamalia paling beragam, namun dua pertiganya berada dalam ancaman kepunahan

Orangutan, salah satu primata paling terancam (foto: New England Primates Conservation)

TAHUKAH kamu jika para ilmuwan baru mengetahui sebanyak 500 jenis primata. Primata menjadi salah satu kelompok mamalia paling beragam. Mulai dari yang berukuran setelapak tangan seperti tarsius hingga besar seperti gorilla. Namun, sebanyak 69% spesies primata terancam punah.

Primata memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan ekosistem. Mereka kerap disebut sebagai “petani hutan” atau “insinyur hutan”. Namun, tekanan terhadap keberadaan mereka terus berdatangan. Alhasil, hampir 94% spesies primata mengalami penurunan populasi.

Para konservasionis dan peneliti primata melihat ini sebagai kabar yang buruk. Satu hal yang bisa mereka lakukan adalah merilis daftar 25 primata paling terancam di dunia lewat laporan bertajuk “Primates in Peril”. Laporan ini merupakan kolaborasi IUCN, International Primatological Society, dan organisasi nirlaba Re:wild.

Dalam daftar ini, ada sembilan primata dari Asia, enam dari wilayah tropis Amerika, enam dari Afrika, dan empat dari Madagaskar. Madagaskar dianggap sebagai wilayah yang terpisah dari Afrika karena memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa dengan tingkat endemismenya yang tinggi.

Madagaskar merupakan rumah bagi 112 spesies lemur. Dan hampir semuanya menghadapi ancaman kepunahan. Salah satunya adalah lemur tikus madame berthe (Microcebus berthae) yang sangat terancam. Hutan kering bagian barat Madagaskar yang menjadi habitatnya menyusut dengan cepat. Walhasil, primata terkecil ini adalah salah satu dari tiga spesies dengan prioritas tinggi.

Lemur tikus madame berthe (foto: New England Primates Conservation)

Kelompok lain yang menjadi perhatian adalah kera besar, simpanse, bonobo, gorila, dan orangutan. Semuanya berada dalam kondisi terdesak. Perhatian lebih terjadi di gorila sungai (Gorilla gorilla diehli). Populasinya kurang dari 250 individu di alam liar. Gorila sungai telah masuk dalam daftar primata terancam sejak 2008.

Tekanan perburuan dan penangkapan liar menempatkan spesies ini dalam kondisi sulit. Di Nigeria, kondisinya sedikit membaik. Tekanan perburuan dan penangkapan liar tak semasif dulu. Namun di Kamerun, konflik sipil dan keberadaan kelompok bersenjata di kawasan hutan membuat populasi gorilla sungai tertekan.

Kera besar lain yang perlu diperhatikan adalah orangutan tapanuli (Orangutan tapanuliensis). Kera besar ini hanya bisa ditemukan di ekosistem Batangtoru di  Sumatera Utara. Pertama kali diidentifikasi sebagai spesies berbeda pada 2017, ia langsung masuk daftar primata terancam sejak 2018. Populasinya diperkirakan tak lebih dari 800 ekor. Ditambah, habitatnya mendapat tekanan besar dari pembangunan pembangkit listrik dan ekspansi tanaman komersial.

Beralih ke Kalimantan, surili sarawak (Presbytis chrysomelas) menjadi spesies yang mendapat perhatian besar. Monyet ini hanya ditemukan di hutan rawa yang sulit diakses di Kalimantan. Dulu, lutung belang kalimantan umum dan mudah ditemukan. Namun, kini hanya tersisa 300-500 ekor yang menempati wilayah kurang dari 5% dari sebaran historisnya.

Di Amerika Selatan, tamarin belang (Saguinus bicolor) menjadi perhatian. Sebab, spesies ini memiliki sebaran yang sangat terbatas. Apalagi, mereka hidup berdekatan dengan pemukiman manusia di kota Manaus di Brazil.

tamarin belang (foto: New England Primates Conservation)

Primata lain yang masuk dalam daftar adalah lemur sahafary (Lepilemur septentrionalis), monyet perut merah (Cercopithecus erythrogaster), kukang kerdil lambat utara (Xanthonycticebus intermedius), monyet berhidung pesek Myanmar (Rhinopithecus strykeri), dan monyet tupai Amerika Tengah (Saimiri oerstedii).

Sekitar 90% primata adalah spesies penghuni hutan hujan tropis. Kini, seluruh hutan hujan tropis sedang berada di bawah tekanan, mulai dari deforestasi, alih lahan, hingga kebakaran hutan.

Ikuti percakapan tentang kepunahan spesies di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain