Untuk bumi yang lestari

Surat dari Darmaga| 14 Oktober 2022

Cakrawala Berpikir Mengelola Hutan

Melihat kebijakan KHDPK dari tataran filosofis pengelolaan hutan.

Petani madu perhutanan sosial di Parigi, KPH Moutong, Sulawesi Tengah (Foto: R. Eko Tjahjjono/FD)

SOAL kebijakan KHDPK atau kawasan hutan dengan pengelolaan khusus, saya ingin membahas dari tataran filosofis pengelolaan hutan.

Ada adagium mempertahankan aset itu wajib dalam norma bernegara dan aturan agama. Masuk kategori jihad. Artinya, mempertahankan aset sampai mati akan syahid. Karena itu mempertahankan kawasan hutan tetap utuh terdengar menjadi heroik.

Masalahnya, semboyan yang kukuh selama tujuh dekade itu menghasilkan kawasan hutan yang terus berkurang. Karena itu pasti ada yang keliru dalam semboyan itu. 

Semboyan sebagai wujud keyakinan seharusnya memang tak berubah, tapi kebijakan implementasinya mesti efektif dan efisien dan sesuai dengan kondisi yang dinamis. Ini masalah cakrawala berpikir, semboyan yang kukuh itu pada sisi yang lain telah menyempitkan cakrawala berpikir implementasi, yang sesungguhnya bisa lebih luas dan terbuka.

Ada dua pilihan:

Cakrawala lama, dengan tidak memberikan atau mundur sejengkal pun, maka tekanan pihak lain terus tinggi, suasana terus curiga dan bermusuhan, menguras energi dan sumber daya, melemahkan dan berujung kehutanan sebagai pihak yang kalah

Cakrawala baru, dengan memberikan secara objektif dan seperlunya, maka tekanan akan berkurang, suasana berbaik sangka, sikap bersaudara, muncul itikad bekerja sama, karena kehutanan bukan sebagai pihak yang kalah, tapi sebagai pemberi yang murah hati.

Cakrawala berpikir yang terbuka sebagai strategi baru sesungguhnya telah disarankan pada tahun 1990-an, sewaktu 64 juta hektare hutan produksi yang masih utuh, hampir semuanya dibagikan kepada pengusaha besar dan non-lokal sebagai konsesi HPH.

Waktu itu ada banyak peringatan-peringatan bahwa kehutanan telah membuat “bom waktu”, dan terbukti dengan bencana kehutanan 1998 yang dipicu oleh krisis moneter.

Mengambil strategi cakrawala baru sekarang menjadi semakin berat karena tantangan dan konsekuensinya berbeda. Tapi eksperimen selama tujuh dekade harus sudah membuat yakin bahwa strategi cakrawala lama tidak mungkin dan semakin berbahaya jika dilanjutkan.

Sementara itu perubahan dinamis kondisi sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan serta kondisi pemerintah dan masyarakat lebih kuat mendukung strategi cakrawala baru. Tapi ini tidak berarti strategi cakrawala baru sebagai pemenang dan cakrawala lama kalah.

Kita semua menyadari bahwa pilihan cakrawala lama atau cakrawala baru adalah pilihan politik. Kalaupun pilihan cakrawala lama ternyata telah gagal, bukan berarti dasar konsepnya salah, tapi karena kondisi-kondisi lapangan yang tidak mendukung.

Demikian pula pilihan atas cakrawala baru harus dicoba terlebih dahulu untuk membuktikan kebenaran dan keberhasilannya.

Pilihan politik itu tepat diumpamakan masakan, sekalipun resepnya bagus sempurna belum tentu menjadi makanan menjadi enak bila kokinya tidak bisa bekerja dengan sempurna: menggunakan jenis, jumlah dan kualitas bahannya harus tepat, peralatan masak yang lengkap, ketertiban dan ketelitian dalam proses, dan sebagainya.

Pilihan cakrawala lama sudah dicoba dan sejarah menunjukkan tidak berhasil dengan baik, walaupun tampaknya tetap disadari bahwa resepnya sangat bagus dan sempurna. Sekarang berikan giliran untuk mencoba pilihan cakrawala baru sebaik mungkin, semaksimal kemampuan, tidak hanya oleh pendukung politiknya saja, tapi oleh semua pihak agar nanti segera bisa dievaluasi dan diambil kesimpulan secara bersama-sama apakah pilihan cakrawala baru itu berhasil atau gagal, pantas atau tidak pantas dilanjutkan.

Bila pilihan cakrawala baru dengan dukungan semua pihak ternyata berhasil baik, maka bersyukur bahwa dapat menyelesaikan masalah kehutanan. Bila tidak berhasil baik, pilihan cakrawala baru tidak tepat dan harus diganti, tapi bukan dengan pilihan memakai cakrawala lama atau kembali atau meneruskan pilihan cakrawala baru tapi dengan pilihan baru yang mungkin berupa perbaikan/penyempurnaan dari cakrawala lama dan/atau perbaikan/penyempurnaan cakrawala baru.

Perlu kita sadari bahwa pilihan baru itu hanya akan ada dan siap pada saatnya diperlukan apabila semua pihak mengisi waktunya dengan secara konstruktif, sesuai kapasitas dan posisinya mendukung pelaksanaan terbaik pilihan cakrawala baru sekarang, dan mempelajari segala kemungkinan keberhasilan dan kegagalannya, yang akan dirumuskan bersama-sama menjadi pilihan baru itu. 

Dengan cakrawala berpikir dan pola hidup bersama seperti itu, penyelesaian masalah kehutanan akan terus maju karena selalu berada pada keseimbangan yang stabil, tidak terus berayun ekstrem ke kanan dan kiri tiada henti, yang semakin mengorbankan hutan dan kehutanan itu sendiri.

Demikian pula, menurut saya, jika kita ingin melihat kebijakan KHDPK di hutan Jawa.

Berita terbaru tentang pengelolaan hutan klik di sini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain