Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 09 Agustus 2021

Puncak Krisis Iklim 1,5C Pada 2040

Menurut PBB IPCC puncak krisis iklim datang lebih cepat, yakni 2040. Sepenuhnya akibat aktivitas manusia.

Kebakaran hutan September 2019 (Foto: Istimewa)

PANEL antarpemerintah PBB (IPCC) merilis laporan terbaru prediksi puncak krisis iklim pada 9 Agustus 2021. Dengan menganalisis 14.000 studi, 234 ahli dari 65 negara menyimpulkan suhu bumi akan naik 1,50 Celsius dibanding masa praindustri 1800-1850 pada 2040.

Kenaikan suhu ini datang lebih cepat dari perkiraan semula pada 2050. Menurut laporan tujuh tahunan setebal 4.000 halaman ini, kenaikan suhu bumi tak bisa dicegah kendati tiap negara mencapai karbon netral atau net-zero emissionspada 2050.

Seperti prediksi sebelumnya, kenaikan suhu akan mencapai 1,5C jika konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, terutama CO2, mencapai 450 part per million. Tahun lalu jumlah CO2 di selubung bumi itu sebanyak 414,2 ppm, rekor baru sepanjang 70 tahun terakhir.

Jumlah CO2 stabil selama 10.000 tahun sebelum manusia menemukan mesin uap pada 1750. Sejak tahun yang menandai Revolusi Industri itu jumlah CO2 pelan-pelan naik akibat emisi karbon dari pembakaran batu bara dan bahan bakar fosil.

Sejak konsentrasi gas rumah kaca naik, keanekaragaman hayati juga musnah pelan-pelan. Tiap gas rumah kaca naik mencetak rekor baru, bumi mengalami pandemi. Sebab, kenaikan gas rumah kaca menaikkan suhu bumi sehingga hewan sulit beradaptasi dengan suhu panas.

Karena itu cara terbaik mencegah krisis iklim adalah mengurangi dengan drastis sumber emisinya. Dunia harus mengurangi setidaknya 45% emisi karbon pada 2030 agar suhu tak naik 1,5C. Jumlah emisi sekarang sebanyak 51 miliar ton setara CO2.

Masalahnya, masih banyak negara yang belum membuat target mitigasi krisis iklim. Ada ketimpangan antara negara kaya dan negara miskin. Negara penyumbang 60% emisi adalah negara-negara maju. Masih banyak negara yang belum akan mengurangi pemakaian batu bara.

Krisis iklim 2040

Sementara dampak krisis iklim pertama-tama menghantam negara miskin, yang hanya menghasilkan emisi 10%. Bencana berupa hawa panas, banjir, hujan ekstrem, akan menghantam negara miskin lebih parah karena tak tersedia pelbagai layanan dampak bencana.

Laporan IPCC itu menyatakan bahwa kenaikan suhu bumi yang menghasilkan krisis iklim sepenuhnya akibat aktivitas manusia. Maka untuk menghindari puncak krisis iklim 2040, manusia harus segera beralih gaya hidup dengan menyetop pemakaian batu bara dan energi fosil, menanam pohon untuk mencapai karbon netral.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Redaksi

Topik :

Bagikan

Terpopuler

Komentar



Artikel Lain