Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 21 Juni 2020

Mengapa Virus Corona Cepat Menular?

Peneliti di Amerika menemukan bahwa daya infeksi virus corona 10 kali lebih kuat dibanding virus lain penyebab pandemi. Mengapa ia begitu digdaya?

Ilustrasi virus corona

PENULARAN virus corona yang masif dalam waktu singkat menumbuhkan banyak pertanyaan di kalangan peneliti tentang kedigdayaan virus dari keluarga besar corona ini. Bermula dari Wuhan di Tiongkok pada Desember 2019, virus ini diberi nama covid-19 atau coronavirus disease 2019 yang acap juga disebut SARS-Cov-2 karena virusnya mirip pandemi SARS pada 2002.

Baru-baru ini peneliti virus di The Scripps Research Institute di Florida, Amerika Serikat, menduga penyebaran yang masif karena virus ini bisa menggandakan diri dengan cepat ketika berhasil menginfeksi satu sel dalam tubuh manusia.

“Virus corona ini jauh lebih menular daripada virus yang tidak memiliki mutasi dalam sistem kultur sel yang kami pakai dalam penelitian,” kata ahli virus Scripting Research Hyeryun Choe, yang memimpin penelitian tersebut dalam pernyataan yang dipublikasikan CNN pada 13 Juni 2020.

Penelitian ini belum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Hasil sementara penelitian tersebut dikirim kepada William Haseltine, seorang ahli penularan virus yang menjadi pengusaha bioteknologi dan Ketua Access Health International. Kepada CNN, Haseltine percaya temuan ini menjelaskan penyebaran mudah virus corona yang begitu masif di seluruh Amerika.

“Penelitian ini penting karena menunjukkan virus bisa berubah,” kata Haseltine. “Pada pertengahan Januari, ada perubahan yang memungkinkan virus menjadi lebih menular. Itu membuat daya tularnya sekitar 10 kali lebih besar.”

Haseltine dan para peneliti berharap temuan ini bisa dipakai untuk mengenal lebih jauh perilaku virus corona untuk membuat obat dan vaksin. Badan Kesehatan Dunia (WHO) baru saja mengumumkan  sedang mengembangkan obat dan vaksin untuk mencegah virus menular lebih cepat kendati sudah menginfeksi manusia.

Penelitian Choe berupa serangkaian percobaan di laboratorium. Ia dan tim penelitinya menemukan bahwa mutasi virus yang dijuluki D614G itu berupa tumbuhnya “paku” di permukaan sel virus corona yang berfungsi menusuk sel manusia. Para peneliti sebelumnya juga sudah menemukan variasi virus ini yang menular di Eropa.

Bahkan mereka menemukan ada tiga varian virus yang berbeda-beda di Tiongkok, Asia, dan Eropa. Artinya, virus-virus tersebut ketika menginfeksi telah bermutasi dalam bentuk lain tergantung keadaan lingkungan orang yang terpaparnya. Temuan ini menebalkan dugaan bahwa virus corona bisa beradaptasi cepat dengan keadaan cuaca setempat.

Mutasi memungkinkan virus tidak hanya menempel ke sel dengan lebih mudah, tetapi memasukinya dengan lebih mudah. Secara sederhana, ketika paku virus corona berhasil merobek jalinan protein dalam sel manusia mereka segera membajak sel tersebut dan mengubahnya menjadi pabrik virus lalu menggandakan diri lebih cepat untuk menginfeksi sel lain.

Ketika sistem imunitas tubuh manusia melawan secara alamiah keberadaan virus ini, corona lalu menyamarkan diri dalam sistem imun manusia dan ketika berhasil masuk ke dalamnya mereka merobek pertahanan tersebut. Maka, seperti virus flu lain yang bermutasi memakai asam ribonukleat (RNA), ada orang yang terjangkit atau tanpa gejala yang kemudian sembuh karena imunitas tubuhnya lebih kuat. Mereka yang tewas karena pertahanan tubuhnya kolaps setelah diinvasi virus ini.

Virus yang memakai RNA sebagai bahan genetikanya, pada umumnya memiliki tingkat mutasi yang tinggi dibandingkan dengan virus DNA karena rentang inangnya yang sangat luas. Pembuatan vaksin yang mencegah pertumbuhan virus jenis ini juga lebih rumit, seperti pada virus ebola, HIV, atau campak dan polio.

Temuan penting perilaku virus corona di Florida ini akan menjadi basis dalam pembuatan obat dan vaksin untuk setidaknya mencegah penularan virus lebih masif dengan cara memanipulasinya ketika ia menginfeksi sel tubuh manusia.

Untuk sementara memakai masker, tak keluyuran, membiasakan cuci tangan adalah cara mencegah penularan virus yang ampuh karena membatasi penyediakan inang dan ruang hidup bagi virus yang diduga berasal dari kelelawar yang menginfeksi tenggiling ini.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Redaksi

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain