Untuk bumi yang lestari

Pojok Restorasi| 26 Mei 2023

Potensi Besar Bioprospeksi di Kebun Raya Indonesia

Kebun raya menyimpan potensi besar bioprospeksi. Terkendala banyak hal.

Rafflesia arnoldi yang mekar di Kebun Raya Bogor (Foto: Rama Maulana/FD)

SELAIN untuk wisata, fungsi kebun raya sebagai area konservasi ex-situ dan penelitian. Kebun raya menjadi “benteng terakhir” penyelamatan flora Indonesia untuk mempertahankan keanekaragaman hayati. Namun, penelitian mengenai pemanfaatan, domestikasi, dan budidaya tumbuhan liar masih terbatas. Dengan kata lain, pemanfaatan bioprospeksi yang berbasis pada sumber daya hayati Indonesia masih terbuka lebar. 

Istilah bioprospeksi atau biological prospection dikenalkan Walter V. Reid pada 1993 dalam buku “Biodiversity Prospecting: Using Genetic Resources for Sustainable Development”. Aktivitas bioprospeksi merujuk pada kelompok kecil kegiatan penelusuran manfaat keanekaragaman hayati secara sistematik untuk menghasilkan produk yang berguna, seperti senyawa kimia baru, bahan aktif, gen, protein, serta informasi genetik lain untuk tujuan komersial dengan nilai ekonomi aktual dan potensial.

Alur bioprospeksi tumbuhan di kebun raya Indonesia terdiri dari empat tahap. Tahap pertama adalah inventarisasi pengetahuan lokal mengenai nilai dan manfaat suatu tumbuhan melalui survei etnobotani maupun studi literatur. Kedua, eksplorasi dan koleksi tumbuhan sesuai potensi yang akan dikembangkan lalu identifikasi dan isolasi senyawa aktif ataupun informasi genetis dari tumbuhan. Ketiga pengujian senyawa aktif melalui skrining dan konfirmasi aktivitas biologis. Tahap terakhir adalah perbanyakan senyawa aktif serta pengujian dan pengembangan produk dari tumbuhan berpotensi untuk  komersialisasi.

Para peneliti di Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah lama meneliti potensi tumbuhan dengan berbagai manfaat. Kegiatan bioprospeksi fokus pada koleksi tumbuhan di kebun raya maupun dari habitat aslinya.

Pada 2021, para peneliti BRIN berkolaborasi dengan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak meneliti potensi bioprospeksi tumbuhan di resor Cikaniki. Survei etnobotani membuktikan bahwa masyarakat di lima desa area Cikaniki memanfaatkan 72 jenis tumbuhan sebagai pangan, 122 jenis untuk pengobatan tradisional, dan 50 jenis digunakan untuk konstruksi dan kebutuhan rumah tangga.

Kebun Raya hadir menawarkan berbagai alternatif tumbuhan teurapetik. Para peneliti di Kebun Raya Eka Karya Bali melaporkan minyak atsiri dari jenis Eucalyptus spp., Melaleuca spp. dan Zanthoxylum spp. memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri. Ekstrak daun dan kulit batang Lauraceae seperti Cinnamomum spp., Cryptocarya spp. dan Litsea spp. koleksi Kebun Raya Cibodas (KRC) memiliki aktivitas antikanker yang cukup menjanjikan.

Selain itu, tumbuhan terancam punah koleksi Cibodas, yaitu Castanopsis argentea dan C. tungurrut juga memiliki aktivitas biologis yang bisa dikembangkan sebagai alternatif bahan baku antibakteri, antikanker, dan antidiabetes berdasarkan studi laboratorium atau in vitro.

Saat pandemi Covid-19, para peneliti Kebun Raya Purwodadi (KRP) mendata 49 jenis tumbuhan dari 24 suku yang berpotensi sebagai anti-coronavirus. Senyawa aktif dari Lindera aggregata berupa terpenoid dan alkaloid efektif untuk menghambat protein target yang berperan dalam infeksi SARS-CoV-2 secara in silico menggunakan teknologi komputas (baca: Minyak Eukaliptus Penangkal Virus Corona)

Selain tumbuhan obat, kebun raya juga menyimpan berbagai tanaman berpotensi melalui proses domestikasi, budidaya dan pemuliaan, serta skrining senyawa berpotensi. Raspberry Indonesia, Rubus fraxinifolius, menjanjikan dan layak dikomersialisasikan oleh masyarakat di sekitar Cibodas. Arben, sebutan Rubus, dapat diolah menjadi manisan, selai, sirup dan teh herbal yang memiliki manfaat kesehatan.

Begitu pula dengan uwi, Dioscorea alata, yang sedang dikembangkan sebagai bahan pangan bernutrisi tinggi di KRP. Tanaman hias seperti Begonia spp., Hoya spp., Rhododendron spp. juga juga menyimpan potensi besar bioprospeksi.

Perakitan produk bioprospeksi di kebun raya seperti obat herbal, pangan fungsional, minyak atsiri, fitoremediator, pewarna alami, biopestisida, maupun bioherbisida menghadapi berbagai kendala dan tantangan: eterbatasan teknologi, sarana dan prasarana, serta dana penelitian. Selain itu, konflik kepentingan seperti biopiracy dan sharing of benefits menjadi tantangan tersendiri.

Biopiracy merupakan tindakan perampasan secara ilegal sumber daya hayati serta pengetahuan budaya tradisional dengan mempublikasikan hasil penelitian maupun mematenkan sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional tanpa persetujuan jelas dari asal sumber daya hayati. Padahal tujuan akhir bioprospeksi adalah pembagian keuntungan atau sharing of benefit hasil bioprospeksi, tanpa mengabaikan sifat lestari dan konservasi sumber dayanya. Kegiatan bioprospeksi harus disepakati oleh kedua belah pihak, baik pelaku bioprospeksi maupun masyarakat atau lokasi bioprospeksi. 

Kesepakatan sharing of benefit menggunakan pedoman dari Bonn dan Protokol Nagoya berisi keuntungan materiil dan non-materiil. Keuntungan ini berguna sebagai transfer teknologi dan kontribusi untuk pembangunan berkelanjutan di negara-negara dengan keanekaragaman hayati yang melimpah.

Untuk menjawab tantangan bioprospeksi para pihak perlu menyatukan langkah melalui pengembangan bioprospeksi sebagai “modal alam” dalam meningkatkan ekonomi. Indonesia harus mengedepankan pembagian keuntungan secara adil dan seimbang dalam setiap negosiasi, terkait akses dan informasi sumber daya hayati.

Ikuti pembahasan tentang bioprospeksi di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Peneliti ahli muda Kelompok Riset Bioprospeksi Tumbuhan Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya, dan Kehutanan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Topik :

Translated by  

Bagikan

Komentar



Artikel Lain