Untuk bumi yang lestari

Pojok Restorasi| 04 April 2023

Peran SIG dalam Restorasi Lahan

Sistem Informasi Geografis (SIG) membantu perencanaan dan pengawasan program restorasi.

Penggunaan SIG untuk restorasi lahan (foto: www.samvriddhi.org)

DI masa krisis iklim, pemulihan hutan dan lahan menjadi program utama pemerintah untuk mencegah lebih banyak gas rumah kaca terlepas ke atmosfer yang mendorong pemanasan global. Salah satu program pemulihan adalah restorasi lahan. Masalahnya, restorasi acap memakan biaya mahal. Sistem Informasi Geografis (SIG) bisa membantu menekan ongkos.

SIG adalah sistem informasi pemetaan berbasis komputer untuk mengolah dan menyimpan data geografis. Teknologi ini mengandalkan citra jarak jauh atau citra satelit sebagai basis data.

Dalam kegiatan restorasi lahan, SIG memiliki dua peran. Pertama, untuk merencanakan kegiatan restorasi. Lewat SIG, kita bisa tahu kondisi suatu lahan saat ini dan di masa lampau. Melalui sejarah perubahan lahan dari waktu ke waktu, kita bisa menentukan mana lahan yang harus diprioritaskan untuk direstorasi tanpa perlu melakukan cek lapangan (ground checking). Walhasil, pemakaian SIG bisa menghemat tenaga dan biaya restorasi lahan.

Lewat data citra jarak jauh, kita juga bisa mengetahui kondisi iklim suatu tempat, jenis tanah, jenis tumbuhan, curah hujan, dan lain sebagainya. Data-data tersebut berguna untuk menyusun perencanaan yang lebih terperinci untuk melakukan restorasi. Sehingga kita juga bisa mengukur tingkat keberhasilan dan target realistis berdasarkan data yang ada.

Kedua, SIG berperan dalam pengawasan atau monitoring kegiatan restorasi. Kegiatan restorasi perlu pengawasa dan pengukuran keberhasilannya. Di tahap ini, SIG berperan membantu pengawasan kegiatan restorasi, apalagi luas kawasan yang direstorasi gigantis.

Lewat SIG, kita bisa mengetahui perkembangan lahan yang direstorasi dari waktu ke waktu, mulai dari perkembangan tutupan lahannya, survival rate, dan lain sebagainya. Jika terdapat tanaman yang perlu disulam, kita juga bisa segera mengetahuinya sehingga proses penyulaman dapat berlangsung secepat mungkin.

Namun, SIG bukanlah segalanya. Kita tidak bisa hanya berpatok pada data yang disajikan dalam SIG. “Pada dasarnya data SIG adalah data awal. Data awal ini berguna untuk melakukan hipotesis dan keputusan awal. Kita tetap perlu ke lapangan untuk cek dan bertanya kepada masyarakat untuk akurasi data dalam pengambilan keputusan," kata Agus Muhamad Maulana, peneliti SIG di Center for International Forestry Research (CIFOR).

Masyarakat, kata Agus, adalah narasumber penting dalam restorasi karena mereka menjadi saksi perubahan lahan di sekelilingnya. Karena itu perlu participatory land use mapping atau pemetaan berbasis masyarakat. Pada tahap ini, kita mengekstrak pengetahuan lanskap masyarakat, seperti di mana sumber air berada, hutan, jenis komoditas, teknis budi daya.

Setelah peneliti mendapatkan pengetahuan dari masyarakat, kata Agus, baru kemudian menetapkan model restorasi: memakai jenis pohon bioenergi atau agroforestri. "Sehingga restorasi berangkat dari kebutuhan lahan," kata dia.

Umumnya kegiatan restorasi memakai model agroforestri. Hal ini agar masyarakat dapat memanfaatkan buah dan bijinya untuk dijual atau diekstrak menjadi energi tanpa menebang kayunya. Di sela-selanya tanaman pertanian untuk kebutuhan sehari-hari.

Dalam Community-based Restoration Monitoring System, masyarakat terlibat dalam kegiatan restorasi. Mereka juga perlu mengenal SIG dan mempraktikkannya bersama. Masyarakat lalu memakai data SIG untuk panduan beraktivitas selama program restorasi hutan dan lahan.

Ikuti percakapan tentang restorasi lahan di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Translated by  

Bagikan

Komentar



Artikel Lain