Kabar Baru| 31 Desember 2021
Kaleidoskop 2021

TAK mudah membuat humor. Jika tak pandai mengemasnya, satire bisa terjerumus ke dalam olok-olok. Seperti sekuel film Death to 2021 yang diproduksi Netflix dan tayang pada 27 Desember 2021.
Film ini semacam kilas balik atau kaleidoskop 2021. Netflix mengenalkan satu genre baru film dokumenter yang mereka sebut mockumenter, gabungan dari mock (ejek) dan documenter. Kejadian yang diceritakannya factual tapi komentarnya fiktif. Cara bertuturnya mirip dokumenter, yakni wawancara para pelaku, tapi fiktif.
Sebetulnya ini cara yang main-main yang bisa asyik. Peristiwa faktual dikomentari oleh para aktornya. Hanya saja karena sejak awal niatnya mengejek, Death to 2021 jadi terasa garing. Skenarionya mau melucu tapi humornya terjebak pada keberpihakan sehingga ia jadi ejekan yang tidak fair.
Film Don’t Look Up yang baru tayang juga memakai genre ini. Film ini mengejek kedua belah pihak: penentang dan penyeru krisis iklim. Namun, karena krisis iklim tema yang penting dan genting hari ini, mengejek Greta Thunberg sebagai aktivis yang pemarah malah kontraproduktif dengan pesannya: agar dunia serius mencegah pemanasan bumi.
Membuat humor memang tak mudah. Death to 2021 memilih kejadian-kejadian besar sepanjang 2021 dengan fokus utama pada penyediaan vaksin Covid-19 dan pemilihan Presiden Amerika. Sutradara dan penulis skenarionya percaya pada sains bahwa vaksin satu-satunya harapan dunia bisa mengubah pandemi menjadi endemi.
Karena berangkat dari sini, film juga jadi mengolok mereka yang menolak vaksin dengan berbagai alasan: dari hak asasi, kepercayaan, hingga karena termakan hoaks bahwa vaksin diciptakan Bill Gates memakai microchip.
Ejekan ini akan menyenangkan bagi pendukungnya. Bagi penentangnya, kaum konservatif, Death to 2021 jadi terasa menghina. Mereka tentu tak suka film ini mengejek Donald Trump yang mereka idolakan. Mereka tentu tak terima serbuan ke Capitol untuk menggagalkan penghitungan suara dikecam karena temakan hasutan Donald Trump yang menyebut pemilihan presiden dicurangi oleh entah siapa.
Seperti Death to 2020, Death to 2021 juga mengejek monarki keluarga Kerajaan Inggris. Dengan mengejek Pangeran Harry dan istrinya dalam bincang-bincang dengan Oprah Winfrey bahwa betapa keluarga Ratu Inggris begitu rasis hingga menyoal warna kulit anak mereka, film ini kebablasan mengolok kematian Pangeran Philip bahwa suami Ratu Elizabeth itu melepaskan semua gelar bangsawannya.
Tak mudah menyajikan humor. Apalagi jika ia menyangkut peristiwa-peristiwa besar. Fokus pada individu—Trump, Biden, Ratu, atau polisi pembunuh George Floyd—membuat film ini lupa mengejek kelompok. Jika pro mitigasi krisis iklim, semestinya film ini mengolok habis India dan Cina yang menganulir keputusan menghentikan secara serentak pemakaian batu bara.
Soal Konferensi Iklim COP26 hanya disinggung sekilas sebagai pertemuan tingkat tinggi yang unfaedah karena kesepakatan-kesepakatan di buat ratusan negara seolah dunia dalam keadaan normal. Pada Death to 2020, ejekannya pas dan kena ketika menyindir pertemuan orang-orang kaya di Davos sebagai pertemuan yang “pura-pura peduli pada nasib bumi”.
Pada Death to 2021 humornya terasa ada amarah, bukan lagi main-main logika dan kalimat sarkas untuk tiap topik. Tapi, sebagai film kaleidoskop 2021, film ini lumayan asyik ditonton untuk bercermin seberapa penting dan genting peristiwa di tahun ini untuk melihat kemungkinan yang terjadi tahun depan.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.

Redaksi
Topik :