Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 14 April 2021

Investasi yang Cukup Menuju Nol Emisi

Ahli linguistik Noam Chomsky dan Robert Pollin mengajukan Global Green New Deal untuk mencegah krisis iklim dan mencapai nol emisi. Anggarannya empat kali lipat European Green New Deal.

Green energy

SELAMA ini kita tak tahu berapa ongkos menuju nol emisi atau mencegah suhu bumi naik 1,50 Celsius dibanding masa praindustri 1800-1850. Ahli ekonomi University of Massachusetts Amhers, Robert Pollin, dan linguist kiri Noam Chomsky coba menjawabnya dengan menerbitkan buku baru Climate Crisis and the Global Green New Deal.

Berbentuk tanya-jawab dengan ahli politik-ekonomi C.J Polychroniou, di akhir buku Pollin mengajukan apa yang ia sebut global green new deal itu, kesepakatan global baru untuk masa depan hijau. Intinya, berapa investasi seluruh dunia agar kita terhindar dari krisis iklim.

Menurut Pollin, dunia harus berinvestasi setidaknya 2,5% dari produk domestik bruto global atau US$ 2,6 triliun di tahun pertama. Untuk apa saja investasi sebanyak itu, Pollin membaginya dalam dua sektor: membangun dan menyediakan energi baru dan terbarukan sebanyak US$ 2,1 triliun dan efisiensi energi dari gedung, transportasi, industri, jaringan baterai senilai US$ 500 miliar. 

Sumber pembiayaan tersebut berasal dari dua pos, yakni sektor publik dan swasta. Dari sektor publik pemasukan US$ 1,3 triliun berasal dari 25% penerimaan pajak karbon sebesar US$ 160 miliar, penghentian anggaran militer sebanyak US$ 100 miliar (6% dari bujet militer global), dan pembelian obligasi oleh Bank Sentral Amerika dan Bank Sentral Eropa sebesar US$ 300 miliar.

Karena itu, untuk mendorong segala kebijakan tersebut pemerintah mesti membuat kebijakan untuk mendorong bantuan swasta sebesar US$ 1,3 triliun. Pemasukan ini berasal dari perdagangan karbon, portofolio energi terbarukan dan efisiensi energi, serta subsidi investasi melalui tarif dan pembiayaan bunga rendah. 

Global Green New Deal, menurut Pollin, akan mencegah dunia memasuki krisis iklim karena menerjemahkan retorika nol emisi ke dalam praksis melalui pembiayaan. Ia berterus terang meniru European Green Deal dalam menamani programnya itu. Namun, kata dia, European Green Deal berisi retorika karena bujet yang ditawarkan untuk semua program ini kecil sekali, ¼ dalam global green deal yang ia tawarkan. 

Dalam perhitungan Pollin, setelah 2024 dunia mesti menganggarkan US$ 4,5 triliun per tahun hingga 2050 untuk mencegah suhu bumi naik 1,50 Celsius pada tahun tersebut. “Total investasi untuk energi bersih selama 27 tahun sebesar US$ 120 triliun,” kata Pollin.

Masalahnya, fokus pada energi saja tidak cukup. Mencegah krisis iklim, tak hanya harus memakai tangan global karena ini masalah global, juga mesti memakai komprehensif. Energi kotor hanya 75% saja dari penyebab gas rumah kaca di atmosfer. Sebanyak 25% gas rumah kaca lainnya dipicu oleh sektor lain: kehutanan, pertanian, peternakan, cara kita makan.

Maka selain membuat sumber energi bersih, program menuju nol emisi 2050 atau mencegah krisis iklim, adalah program komprehensif semua sektor untuk menciptakan karbon negatif. Menurut Bill Gates, dalam How to Avoid a Climate Disaster, karbon negatif itu antara lain penangkap emisi dan reforestasi. Pollin menambahkan satu lagi: injeksi aeorosol.

Aerosol adalah partikel sulfate yang berasal dari letusan gunung merapi. Waktu Gunung Pinatubo di Filipina meletus pada 1991, gas dan debu masif terbang ke udara dan menclok di atmosfer bumi sehingga menetralkan gas rumah kaca. Akibatnya suhu turun 0,60 Celsius selama 15 bulan!

Tentu saja menurunkan gas rumah kaca dengan berharap pada letusan gunung adalah hal yang absurd dan tidak etis. Selain letusan gunung tak bisa diprediksi, juga akan menelan banyak korban mahluk hidup. Tapi, seperti penangkap emisi, menginjeksikan aerosol ke atmosfer bumi juga akan mahal dan membutuhkan teknologi tinggi.

Reforestasi adalah jalan alamiah menjadi karbon negatif. Menurut studi Universitas Postdam Jerman, jika dunia bisa mencegah deforestasi dan merayakan reforestasi, emisi karbon dioksida sebanyak 0,5-3,5 miliar ton bisa berkurang. Ini sama dengan dua kali emisi karbon yang diproduksi Indonesia per tahun.

Buku baru Noam Chomsky dan Robert Pollin yang mengajukan proposal global green new deal untuk mencegah krisis iklim

Noam Chomsky setuju dengan ide global green new deal Robert Pollin, meski risikonya adalah membangkitkan kembali kapitalisme. Krisis iklim, kata Noam, adalah hasil kapitalisme buruk yang terlalu serakah menggali sumber daya alam. Krisis iklim pula yang membuat kapitalisme melapuk karena senjata makan tuan. Maka global green new deal yang diajukan Pollin secara otomatis akan menyelamatkan kapitalisme kendati maksudnya mencegah krisis iklim semakin dalam. 

Dengan green new deal, gerakan nol emisi pun menjadi mungkin. Selain menciptakan energi bersih, program itu juga menyediakan karbon negatif. Buku ini menekankan emisi 37 miliar ton setara CO2. Menurut Bill Gates, jumlah tersebut hanya untuk CO2 saja. Sementara ada enam gas pemicu efek rumah kaca sehingga total konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer setahun sebanyak 51 miliar ton. 

Globel green new deal hendak menurunkan jumlah itu hingga tercipta keseimbangan yang disebut nol emisi. Akankah berhasil? Setidaknya, ini cara teknis ketimbang menargetkan penurunan suhu sementara tak ada target dan cara untuk mencapainya.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Redaksi

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain