Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 02 April 2021

Siap-Siap, Puncak Krisis Iklim 15 Tahun Lagi

Puncak krisis iklim diperkirakan 15 tahun lagi. Bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.

Bumi gemerlap menghabiskan energi yang memicu krisis iklim (Foto: Pixabay)

TAK perlu menunggu 2050 atau 2100, puncak krisis iklim akan tiba 15 tahun lagi. Perkiraan ini diperoleh dengan melihat data konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer dan kecepatan penambahannya per tahun. 

Menurut rekaman Laboratorium Penelitian Sistem Bumi (ESRL-NOAA) di Hawai, yang dikutip The Guardian dalam Newsletter 2 April 2021, pada 21 Maret 2021 konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer mencapai rekor baru sebesar 417,72 part per million. Ini angka tertinggi jumlah konsentrasi gas rumah kaca yang pernah terekam sejak Revolusi Industri 1850.

Satuan gas rumah kaca mengacu pada jumlah konsentrasi gas karbon dioksida (CO2). Angka 417,72 artinya jika kita mengerat 1 juta molekul di atmosfer terdapat 417,72 bagian CO2. Gas rumah kaca terdiri dari enam jenis gas. Lima gas lainnya adalah metana (CH4), nitrat dioksida (N2O), sulfur heksafluorida (SF6), hidrofluorokarbon (HFCs), dan Perfluorokarbon (PFCs).

Konsentrasi gas rumah kaca ini membuat kemampuan atmosfer menyerap panas dari matahari dan bumi melemah sehingga panas tersebut kembali ke bumi. Akibatnya suhu bumi perlahan-lahan naik. Kita menyebutnya pemanasan global.

Gas paling kuat menyebabkan pemanasan global adalah SF6. Ini jenis gas yang dihasilkan dari, misalnya, produksi semen. Perbandingannya dengan CO2 sebanyak 23.900. Artinya, 1 ton SF6 akan menyebabkan pemanasan global setara dengan 23.900 ton CO2. CO2 menjadi patokan menghitung gas rumah kaca karena gasnya bisa ditimbang dan gas dasar yang diproduksi manusia, misalnya dari bernapas.

Setiap hari rata-rata manusia mengeluarkan karbon dioksida dari bernapas sebanyak 1,04 kilogram. Maka 1 ton SF6 sama dengan napas 22,9 juta orang sehari. Dalam setahun, SF6 yang bersemayam di atmosfer bertambah 0,35 part per trillion.

Jika penghuni bumi kini berjumlah 7,8 miliar orang maka jumlah CO2 yang berasal dari napas manusia sebanyak 2,96 miliar ton. Kini produksi emisi tahunan rata-rata 51 miliar ton. Maka manusia menyumbang gas rumah kaca sebanyak 5,8%.

Para ahli telah sepakat bahwa batas konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer yang masih bisa ditoleransi sebanyak 350 ppm. Artinya, atmosfer bumi telah melewati daya tampungnya. Jika dikonversi ke dalam suhu bumi, planet ini masih bisa menahan laju pemanasan global jika suhunya tak bertambah 20 Celsius dibanding masa praindustri 1800-1850.

Butuh berapa ppm agar suhu sebanyak itu tercapai? Hanya butuh 450 ppm. Artinya, untuk mencapai suhu tersebut konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer tinggal 34.33 ppm lagi. Berapa tahun angka itu tercapai? Kita harus menghitung kecepatan pertambahan konsentrasi gas rumah kaca.

Menurut catatan NOAA-ESRL, sepuluh tahun lalu atau pada 2010 jumlah konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer sebanyak 391,61 ppm. Pada 21 Maret 2020 konsentrasi gas rumah kaca sebanyak 415,67 ppm. Artinya, selama sepuluh tahun jumlah rumah kaca rata-rata bertambah 2,21 ppm per tahun.

Gas rumah kaca sebanyak itu dipicu oleh produksi emisi tahunan sebanyak 51 miliar ton. PBB telah menetapkan untuk menghindari konsentrasi gas rumah kaca menyentuh level kritis 450 ppm, kita harus memangkas produksi emisi paling tidak separuhnya menjadi 25-30 miliar ton. Caranya menghentikan pemakaian energi fosil dan berhenti membabat hutan. Tanpa usaha yang keras dan kompak, sejarah bumi sedang menuju kehancuran.

Jika bujet gas rumah kaca tinggal 34,33 ppm, hanya butuh 15,5 tahun lagi untuk tembus menjadi 450 ppm. Sementara program nol emisi baru sejumlah negara industri baru dimulai dan selesai pada 2050-2060. Inggris berjanji akan nol emisi pada 2050, Cina 2060, negara-negara Skandinavia 2030.

Skenario produksi emisi

Program nol emisi berupa perubahan energi ke sumber terbarukan seperti matahari dan angin, mengubah semua peralatan pendukung hidup manusia dengan sesedikit mungkin menjadi sampah, mencegah deforestasi dengan reforestasi. Tujuannya satu: agar konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer tak semakin bertambah untuk mencegah kenaikan suhu bumi sebesar 2C.

Pada suhu setinggi itu, hawa ekstrem akan melanda bumi. Musim akan berubah melahirkan pelbagai bencana. Hutan akan terbakar. Manusia akan bermigrasi dari selatan ke utara. Kekacauan dunia akan terjadi karena bisa jadi gelombang imigran itu akan memicu perang.

Puncak krisis iklim 15 tahun lagi. Mengapa kita masih berpangku tangan?

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Redaksi

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain