Untuk bumi yang lestari

Surat dari Darmaga| 06 Maret 2020

Benarkah Kiamat Akan Datang?

Rasulullah SAW tidak mengajarkan kita sibuk menebak-nebak hari kiamat, sudah dekat atau masih jauh. Beliau mengajarkan kita untuk sibuk mencegah terjadinya anomali alam.

Pohon dalam matahari terbenam. Kiamat sudah dekat?

DI sebuah senja, ketika langit barat berwarna jingga, saya duduk di atas sebuah bangunan yang terbuat dari lempung kering di sebuah biara. Saya ditemani Abuna (Romo) Shedraq, seorang pastor dari Gereja Koptik Mesir. Bajunya hitam-hitam dari ubun kepala sampai mata kaki. Kontras dengan pemandangan cokelat muda di sekitar kami.

Saat itu, di tahun terakhir masa kuliah saya di Universitas Al-Azhar, Kairo, saya punya waktu untuk berjalan-jalan, karena kegiatan belajar agak santai. Hanya ada satu mata kuliah yang tersisa, karena tak lulus di tahun sebelumnya. Jadilah sore itu saya terdampar di sebuah biara di tengah padang pasir yang jauh dari mana-mana.

Kami berdua memandang Lembah Natrun, lembah yang dikelilingi bukit-bukit pasir. Dari cakrawala ke cakrawala hanya terlihat lautan pasir. Kecuali daerah sekitar biara yang tampak hijau. Ada sayur mayur dan vegetasi kecil di dekat kamar-kamar para pastor. Semakin ke luar pohonnya semakin besar. Di cincin paling luar adalah pohon zaitun yang buahnya diambil untuk acar yang lezat dan diperas untuk minyak.

“Dulu, pohon tidak sebanyak ini,” kata Abuna Shedraq.

“Apa yang terjadi?” tanya saya.

“Kami sengaja menanamnya setiap saat.”

Awalnya saya menyangka hal itu dilakukan karena alasan penghijauan biasa. Tapi dia punya alasan lain, “Kami percaya sebuah nubuat, sebuah ramalan, saat lembah ini hijau karena penuh pohon, maka kiamat akan datang.”

Saya terhenyak dan memandangnya. “Terus, kenapa ingin kiamat cepat datang dengan menanam pohon?”

“Siapa yang ingin lebih lama di dunia yang riuh ini?” kata dia.

Tak lama kemudian senja hilang, pohon zaitun tinggal bayang-bayang hitam, dan kami turun dari atap tanpa pernah membahas lebih jauh obrolan itu.

Agama-agama samawi seperti Islam, Kristen, dan Yahudi punya banyak nubuat tentang akhir zaman. Tentu satu sama lain berbeda. Semua agama itu juga meyakini kedatangan Al-Masih menjelang kiamat yang akan menghancurkan kebatilan. Itulah mengapa film seri Mesiah di Netflix begitu kontroversial, baik untuk umat Islam atau Kristen.

Umat Islam meyakini ada banyak tanda akan datangnya kiamat. Baru-baru ini banyak beredar kabar tentang munculnya tanda-tanda kiamat karena danau Tiberias dan mata air Zughar mengering, serta tidak berbuahnya kurma di Baysaan. Ketiga tempat itu ada di Palestina. Bahkan hal ini kemudian dikaitkan dengan kemarau panjang 2019-2022 dan cadangan air dunia yang menipis.

Banyak orang percaya pada kabar tersebut, karena dibumbui narasi kengerian yang luar biasa. Tidak hanya dalam bahasa Indonesia, kabar seperti ini juga dimuat oleh media-media Islam di berbagai negara.

Saya tidak akan membicarakan benar tidaknya tanda-tanda itu, karena perbincangan ini bisa panjang minta ampun. Belum lagi harus men-tashih (memeriksa kesahihan) haditsnya.

Yang ingin saya bahas dalam artikel ini adalah, tanda-tanda kiamat selalu diidentikkan dengan anomali alam. Ada hal yang berubah dari kondisi alam yang sebelumnya ajek selama ratusan bahkan ribuan tahun. Sebagian anomali itu berupa kerusakan alam, seperti dalam kabar yang beredar akhir-akhir ini.

Apakah benar kiamat akan datang?

Nabi Muhammad SAW yang menjadi teladan kita selalu menolak memberi ancar-ancar waktu kiamat. Saat ditanya, beliau hanya menjawab, “Aku tak punya pengetahuan tentang itu, hanya Allah yang tahu.” Kita pun semestinya tidak memastikan hal itu, tidak mengatakan kiamat sudah dekat karena melihat sejumlah fenomena.

Rasulullah SAW justru memberi teladan lain, yaitu berusaha selalu memperbaiki bumi, kapan pun itu. “Kalau besok kiamat dan di tangan kalian ada sebiji pohon, tanamlah,” sabda Rasulullah SAW. Tidak peduli apakah pohon itu sempat tumbuh, apalagi menghasilkan. Pokoknya tanam saja.

Menanam pohon tentu tidak akan mempercepat atau menunda kiamat. Tapi, menanam pohon dan merawat bumi adalah kewajiban kita saat ini, hari ini. Rasulullah SAW tidak mengajarkan kepada kita untuk sibuk menebak-nebak kapan kiamat, tapi beliau mengajarkan kita untuk sibuk mencegah terjadinya anomali alam.

Gambar oleh Bessi dari Pixabay

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Sarjana Hadits Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar, Kairo

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain