Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 07 Agustus 2024

Jenis-jenis Pohon Pionir untuk Rehabilitasi Hutan

Ada beberapa jenis pohon pionir untuk rehabilitasi hutan. Terbukti secara empirik.

Ukuran keberhasilan rehabilitasi hutan

DI kehutanan populer istilah tanaman atau pohon pionir. Di Sumatera dan Kalimantan, biasanya setelah sarad, tanaman yang tumbuh dengan cepat adalah jenis tanaman pionir berupa tanaman jabon (Anthocepalus cadamba), baik berjenis merah maupun putih yang pada saat itu pohon jabon tidak mempunyai nilai ekonomis. Beberapa tahun kemudian, saat potensi kayu meranti mulai meredup dan turun produktivitasnya pada awal 2000-an; di Jawa terjadi bonanza kayu jabon.

Sementara dalam kegiatan rehabilitasi hutan, jenis pohon pionir dan dikembangkan di kegiatan reboisasi, di antaranya adalah jenis pinus (Pinus merkusii), Acacia mangium, eukaliptus, jati putih (Gmelina arborea), angsana, ekaliptus. Sementara jenis tanaman hutan pionir di kegiatan penghijauan antara lain adalah jenis sengon, jambu monyet (Anacardium occidentale), kemiri (Alurites moluccana), gamal (Gliricedia sepium).

Konstruksi Kayu

Pohon Pinus merkusii Jungh. et de Vriese merupakan jenis pinus yang tumbuh asli di wilayah Indonesia dan pertama kali ditemukan dengan nama “Tusam” di daerah Sipirok, Tapanuli Selatan, oleh seorang ahli botani dari Jerman Dr. F. R. Junghuhn. Selain termasuk jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing species), jenis pohon pinus ini merupakan jenis pinus yang tidak memerlukan syarat-syarat tempat tumbuh yang khusus sehingga mudah untuk dibudidayakan bahkan pada tempat yang kering.

Pohon pinus termasuk jenis pohon yang toleran (membutuhkan sinar matahari penuh dalam pertumbuhannya). Pohon pinus memiliki akar tunggang dengan sistem perakaran yang cukup dalam dan kuat sehingga dapat tumbuh di tanah yang dalam/tebal dengan tekstur tanah ringan sampai sedang.

Jenis pinus ini juga tidak memiliki syarat tinggi untuk jenis tanah tempat tumbuhnya karena pohon pinus dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah bahkan pada tanah dengan pH asam. Pinus merkusii dapat tumbuh di berbagai ketinggian tempat, namun tempat tumbuh terbaik bagi jenis pohon pinus ini berada pada ketinggian tempat antara 400-2.000 meter dari permukaan laut.

Pohon pinus yang ditanam di ketinggian tempat kurang dari 400 mdpl akan menyebabkan pertumbuhannya tidak optimal karena suhu udara yang terlalu tinggi. Selain itu, pertumbuhan pohon pinus di ketinggian tempat lebih dari 2.000 mdpl juga tidak akan optimal karena terhambatnya proses fotosintesis.

Tempat tumbuh yang baik bagi jenis pinus ini memiliki curah hujan 1.200-3.000 mm/tahun dan jumlah bulan kering 0-3 bulan. Di Jawa, Pinus merkusii dapat tumbuh baik pada tempat yang memiliki ketinggian di atas 400 mdpl dengan curah hujan 4.000 mm/tahun.

Pengadaan biji dari buah ini dapat dilakukan setiap tahun karena pohon pinus berbuah setiap tahun. Sebelum ditanam biji harus diseleksi terlebih dahulu untuk mendapatkan benih dengan kualitas yang baik. Seleksi biji dilakukan dengan dua cara yaitu melihat secara langsung penampilan fisik biji dan dengan cara perendaman.

Karena itu, tanaman pinus sebagai jenis pionir cocok untuk kegiatan reboisasi karena pengadaan biji/benihnya mudah, anakannya mudah tumbuh ditempat-tempat yang sulit dan terbuka khususnya pada daerah hulu suatu daerah aliran sungai (DAS). Keberhasilan reboisasi pinus hasil dari Inpres reboisasi dapat dilihat di daerah Malino, salah satu hulu DAS Sungai Jeneberang di Gowa, Sulawesi Selatan. 

Sementara jenis Acacia mangium dan eukaliptus sebagai jenis pohon pionir dapat tumbuh subur dan baik di tempat bekas HPH (hak pengusahaan hutan) yang diubah menjadi HTI (hutan tanaman industri) di daerah Sumatera dan Kalimantan.

Keberhasilan HTI dengan jenis Acacia mangium dapat dilihat di HTI milik Barito Group di Sumatera Selatan yang hasil kayunya digunakan untuk bahan baku bubur kertas (pulp). Sementara keberhasilan jenis kayu eukaliptus dapat dilihat di HTI bekas milik PT Kiani Lestari di Penajam Paser Utara Kalimantan Timur yang sekarang menjadi ibu kota negara (IKN) Nusantara; yang kayu eukaliptusnya dapat dilihat di sana-sini dari depan Gedung Garuda yang akan dijadikan kantor kepresidenan di IKN Nusantara.

Selain jabon yang muncul belakangan sebagai jenis pohon pionir untuk penghijauan, salah satu jenis pionir favorit yang disukai masyarakat untuk penghijauan di Jawa adalah jenis pionir tanaman sengon. Sengon adalah jenis pohon rindang yang pertumbuhannya cepat. Selain itu, sengon juga mudah beradaptasi dengan segala jenis tanah. Kelebihan tersebut dimanfaatkan untuk program penghijauan.

Pohon sengon dapat tumbuh pada di wilayah dengan ketinggian mencapai 1.800 mdpl. Secara umum tanaman tropis cocok hidup di kawasan lembab dengan curah hujan antara 1.000 mm hingga 5.000 mm setiap tahun. Meski dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, kondisi tanah yang lebih cocok yaitu aluvial, regosol, dan latosol. Pada jenis tanah tersebut sengon akan tumbuh kuat dan tegap.

Di Indonesia, budidaya sengon banyak dilakukan di Kalimantan, Sumatera, dan Jawa. Di Jawa, sengon kerap digunakan untuk kebutuhan industri pulp dan kertas. Selain itu, produksi furnitur juga dapat menggunakan  kayu ini. Karena bobotnya yang ringan, sengon cocok digunakan sebagai bahan konstruksi ringan, panel, serta ornamen interior.

Industri veneer dan plywood (kayu lapis) juga menggunakan bahan kayu sengon karena kerapatannya rendah hingga sedang. 

Jenis lain yang menonjol adalah pohon jambu mete (Anacardium occidentale), yang sering digunakan untuk kegiatan penghijauan pada lahan-lahan yang miskin hara. Jambu mete adalah tanaman tropis yang hijau sepanjang tahun. Tanaman ini dapat beradaptasi di lingkungan beragam, mulai dari tanah lempung hingga berbatu.

Nilai ekonomisnya terletak pada bijinya yang dapat dijual dalam bentuk kacang mete. Keberhasilan penghijauan jambu mete dapat dilihat dari hijaunya pulau Muna di Sulawesi Tenggara yang tanahnya tandus dan gersang olah tanaman jambu mete.

Saat ini, produk kacang mete yang menjadi buah tangan dari Sulawesi Tenggara berasal dari penghijauan tanaman mete di Muna. 

Satu jenis lagi yang menonjol sebagai pohon pionir adalah pohon kemiri (Aleurites moluccana). Sebagaimana pohon mete, nilai ekonomis yang dihasilkan oleh pohon kemiri adalah biji kemiri.

Pohon kemiri adalah pohon yang mempunyai manfaat sebagai rempah-rempah, obat herbal, dan pengawet kayu. Secara umum tumbuhan kemiri dapat tumbuh di wilayah yang cukup

kering di kawasan Asia Tenggara. Artinya, pohon kemiri adalah jenis tanaman yang dapat hidup meskipun tidak banyak memperoleh pasokan air hujan. Justru jika lingkungannya kering, pohon ini dapat tumbuh lebih baik dibanding pada wilayah dengan curah hujan tinggi.

Meskipun begitu, pohon kemiri juga mampu tumbuh pada lingkungan yang lembab dengan beberapa kriteria tertentu. Misalnya kondisi tanah harus berpasir dengan sistem drainase seperti di dekat pantai dan pada tanah yang berkapur, serta di kawasan hutan jati atau hutan campuran yang berada pada ketinggian 1.200 meter.

Pohon kemiri sebagai pohon pionir banyak digunakan sebagai tanaman penghijauan di Bone, Sulawesi Selatan. Keberhasilan penghijauan tanaman kemiri oleh masyarakat di Bone dengan adanya sebutan haji kemiri karena masyarakat yang banyak menunaikan ibadah haji; biaya berasal dari hasil panen buah kemiri yang tumbuh subur di lahan-lahan miliknya. 

Satu jenis lagi tanaman pionir untuk penghijauan yang tidak dapat dilupakan adalah tanaman gamal (Gliricedia sepium). Pohon gamal populer di Jawa sebagai pohon/tanaman yang hidup di lahan terlantar dengan tanah yang tidak subur yang biasanya diserbu dengan tanaman alang-alang.

Gamal mampu bersaing hidup dengan tanaman alang-alang, oleh karena itu tanaman ini disebut gamal yang artinya adalah kepanjangan dari ganjang mati alang-alang. Gamal adalah sejenis tanaman dari keluarga polong-polongan (Fabaceae atau Leguminosae).

Biasanya ditanam sebagai pagar hidup atau pohon peneduh, tanaman ini, baik dalam bentuk pohon besar maupun pohon kecil, memegang peranan penting sebagai salah satu jenis leguminosa serbaguna, yang sejajar dengan lamtoro (Leucaena leucocephala).

Ikuti percakapan tentang pohon pionir di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Pernah bekerja di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Topik :

Bagikan

Terpopuler

Komentar



Artikel Lain