Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 24 Juni 2024

Burung Pemakan Buah Meningkatkan Simpanan Karbon Hutan

Spesies frugivora berkontribusi menyebarkan 70-90% benih pohon hutan tropis. Menaikkan karbon hutan.

burung pemakan buah (foto: The Weather Channel)

BURUNG rangkong dikenal sebagai burung penopang rehabilitasi hutan secara alamiah. Struktur balung yang berbeda antar spesies, bentangan sayap selebar satu meter, dan mampu menjelajah hingga 100 kilometer. Selama perjalanan mereka itu, burung rangkong membawa biji dari buah-buahan yang berperan dalam regenerasi hutan dan meningkatkan cadangan karbon hutan.

Tak hanya rangkong, burung pemakan buah lain seperti tukan (Ramphastos toco), burung jay (Cyanocorax cristatellus), dan Jacu-acu (Penelope obscura) berkontribusi dalam regenerasi hutan tropis dengan menyebarkan benih di tanah. Berdasarkan penelitian, peran mereka membantu meningkatkan penyimpanan karbon hutan sebesar 38%.

Temuan tersebut didapat oleh para peneliti Crowther Lab di Swiss Federal Institute of Technology di Zurich. Hasil studi tersebut telah dipublikasikan di jurnal Nature Climate Change. Para peneliti menganalisis data yang dikumpulkan oleh berbagai pihak dalam beberapa tahun terakhir di Hutan Atlantik. 

Hutan Atlantik dan hutan tropis sangat bergantung pada spesies pemakan buah (hewan frugivora) untuk regenerasi tumbuhan berkayu. Mereka berperan terhadap penyebaran 70-90% spesies tumbuhan berkayu di hutan tropis. Secara ekonomi, spesies frugivora sendiri menyediakan jasa ekonomi dari penyebaran benih berkisar antara US$ 3,94 hingga US$15,42 per hektare per tahun.

Semua burung frugivora memainkan peran penting dalam regenerasi hutan. Namun setiap tipe burung punya peran berbeda. Burung yang lebih besar, umumnya memakan buah yang lebih besar. Buah yang lebih besar umumnya identik dengan spesies berkayu keras dan punya biomassa lebih besar. Sedangkan burung yang lebih kecil umumnya memakan buah kecil dari spesies kayu lunak.

Di hutan terdegradasi, burung memainkan peran lebih penting menyebarkan buah dibanding spesies non-burung. Semakin terdegradasi hutan, pergerakan burung akan semakin terbatas. Sehingga menyebabkan penyebaran benih makin terbatas dan simpanan karbon di masa depan makin kecil.

Dalam studi tersebut, peneliti menemukan untuk memastikan penyebaran benih oleh burung efektif, setidaknya kita harus mempertahankan minimal 40% tutupan hutan dan menjaga jarak fragmen hutan tak lebih dari 133 meter. Dengan menjaga tutupan hutan dan jarak antar fragmen hutan, artinya mempermudah pergerakan burung dan memperkecil peluang paparan burung terhadap predator dan cuaca ekstrem.

Namun, menjaga tutupan hutan saja tidak cukup. Sebab, beberapa spesies burung frugivora kerap jadi sasaran pemburu. Salah satunya adalah rangkong. Dua puluh satu spesies rangkong di Asia dan Papua telah masuk dalam daftar merah IUCN sebagai spesies terancam punah. Mereka sering jadi sasaran para pemburu untuk diambil balungnya.

Di Indonesia, dari 13 jenis rangkong, satu masuk dalam status critically endangered, tiga termasuk vulnerable, empat berstatus near threatened, dan sisanya Least Concern. Rangkong gading (Rhinoplax vigil) adalah satu spesies rangkong yang menduduki satu tahap menuju kepunahan. Hanya dalam tiga tahun, spesies ini berpindah status dari near threatened menjadi critically endangered.

Selain habitat rangkong gading yang terus menghilang setiap tahunnya. Perburuan rangkong gading juga begitu masif. Pada 2012-2013, di Kalimantan Barat, 6.000 rangkong gading dewasa mati dan diambil kepalanya. Pada kurun 2012-2016, sebanyak 1.291 paruh rangkong gading aparatur negara.

Peran burung frugivora penting untuk menjaga kelestarian ekosistem. Restorasi pasif yang dilakukan mereka jauh lebih ekonomis dibanding restorasi pasif, seperti penanaman pohon. Spesies frugivora juga menghasilkan spesies yang lebih beragam dengan potensi simpanan karbon hutan lebih besar.

Ikuti percakapan tentang karbon hutan di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Terpopuler

Komentar



Artikel Lain