Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 07 Mei 2024

Amfipoda: Krustasea Kecil yang Menopang Ekosistem Perairan

Ia menopang ekosistem perairan. Sumber makanan sekaligus predator.

Amfipoda, penopang ekosistem perairan

PERNAH mendengar amfipoda? Amfipoda adalah krustasea kecil yang hidup di perairan. Apa pula krustasea? Krustasea adalah binatang air yang berkulit keras, seperti udang atau kepiting.

Amfipoda adalah krustasea kecil mirip udang yang ada di tingkatan ordo dan merupakan anggota kingdom animalia, phylum arthropoda, subphylum crustacea. Ordo Amfipoda diklasifikasikan menjadi enam subordo, yaitu Amphilochidea, Colomastigidea, Hyperiidea, Hyperiopsidea, Pseudingolfiellidea, dan Senticaudata. Mereka salah satu kelompok invertebrata laut dan air tawar yang paling melimpah dan beragam. 

Amfipoda pertama kali dideskripsikan di New South Wales, Australia. Sejak 1758, peneliti telah telah menemukan lebih dari 10.000 spesies amfipoda dari seluruh dunia yang mencakup amfipoda laut, air tawar, air payau, dan darat. Hingga 2016, terdapat 18 fosil amfipoda yang telah ditemukan dan semuanya ditemukan dari air tawar. 

Beberapa genera yang mempunyai banyak anggota spesies adalah Ampelisca, Caprella, Niphargus, Gammarus dan Stygobromus, namun ada pula yang hingga sekarang hanya memiliki satu anggota spesies yang dikenal dengan istilah monotypic, seperti Argissidae.

Amfipoda dan sekitar 97% anggota kingdom animalia seperti cacing, cumi-cumi, dan ubur-ubur merupakan hewan invertebrata, hewan yang tidak memiliki tulang punggung antar ruas-ruas tulang belakang sehingga tubuhnya lunak. Mereka punya kerangka luar yang tersegmentasi dan karapas (penutup keras pada dada yang umum ditemukan pada krustasea lain) yang melindungi tubuh.

Amfipoda termasuk filum Arthropoda, yang juga dikenal dengan nama hewan berbuku-buku atau hewan beruas seperti serangga dan laba-laba. Seperti anggota filum Arthropoda lain, amfipoda memiliki karakteristik tubuh bersegmen. Namun, berbeda dengan serangga dan laba-laba, amfipoda tidak memiliki lapisan lilin pada kerangka luarnya.

Amfipoda mempunyai bentuk tubuh, ukuran, dan warna yang beragam, namun umumnya berbentuk pipih ke samping, melengkung menyerupai huruf C, dan terkompresi secara lateral (gepeng). Mayoritas amfipoda berukuran kecil, dimensi panjangnya sekitar 1 milimeter. Namun, ukuran tubuh beberapa spesies laut-dalam bisa mencapai panjang hingga lebih dari 20 sentimeter, seperti amfipoda dari genus Alicella yang punya ukuran 34 sentimeter di laut Atlantik Utara.

Meskipun bentuk tubuhnya bervariasi, secara umum tubuh amfipoda terbagi atas tiga bagian: kepala, dada (thoraks), dan perut. Kepala memiliki dua pasang antena. Sepasang antena pertama terdiri dari “peduncle” berupa tiga buah artikel pertama dan “flagellum” berupa artikel lainnya yang berukuran lebih kecil.

Beberapa kelompok amfipoda memiliki kalinofor (callynophore) di dasar “flagellum”. Kalinofor adalah organ sensorik yang terletak di ujung proksimal flagellum. Fungsi organ tersebut, pada kelamin jantan untuk mendeteksi amfipoda betina untuk reproduksi. Fungsi lainnya adalah sebagai pendeteksi makanan, deteksi mangsa dan deteksi inang untuk amphipoda parasit.

Sepasang antena kedua mempunyai lima artikel peduncular. Antena pada amfipoda jantan biasanya lebih panjang dibandingkan betina. Pada bagian kepala juga terdapat mata majemuk dengan berbagai ukuran yang biasanya berkembang dengan baik, namun terkadang berukuran kecil bahkan tidak ada sama sekali.

Dada terdiri dari tujuh segmen yang disebut pereonite. Di bagian dada ini terdapat tujuh pasang kaki berjalan yang dirancang untuk melompat dan berenang, membuat mereka sangat lincah. Dua pasang kaki pertama digunakan untuk mencari makan yang disebut gnathopoda. Lima pasang kaki untuk berjalan, memanjat, dan membersihkan bagian tubuhnya yang lain, yang disebut pereopoda.

Pada perut terdapat enam pasang kaki. Tiga pasang pertama yang disebut pleopod dan digunakan untuk berenang, tiga pasang lainnya uropoda. Tiga pasang uropoda terletak di ujung badannya digunakan untuk melompat. Di bagian atas anus, terdapat “flap” atau tutup yang disebut dengan telson.

Amfipoda merupakan herbivora, karnivora, atau scavenger (pemakan bangkai, tanaman mati, atau sampah). Karena itu amfipoda membantu menguraikan hewan dan tumbuhan yang membusuk. Mereka merupakan krustasea kecil yang oportunistik, memiliki makanan bervariasi, seperti jamur, alga, organisme planktonik kecil, bakteri, dan detritus serta mempunyai peran penting dalam jaring makanan.

Amfipoda ditemukan di berbagai habitat, termasuk air asin, air tawar, dan bahkan di darat. Mereka dapat ditemukan di danau, lautan, sungai, muara, terestrial, bahkan di gua. Beberapa spesies hidup di perairan laut dalam seperti samudera Atlantik, Pasifik, dan Hindia dan beradaptasi dengan baik terhadap kondisi ekstrem dengan kerangka luar yang kuat dan melindungi mereka dari tekanan tinggi serta kurangnya cahaya.

Amfipoda umumnya hidup di zona intertidal dan perairan dangkal. Mereka dapat hidup di kolom air (pelagis), namun umumnya bersifat bentik, hidup di sedimen lunak hingga kedalaman 13 milimeter, seperti lumpur dan di antara butiran pasir di pantai atau detritus.

Amfipoda juga ditemukan di terumbu karang, bawah batu, atau di padang lamun. Ada pula amfipoda yang hidup di air tawar di antara dedaunan yang membusuk. Mereka yang hidup di perairan biasanya agak putih. Sedangkan amphipoda yang hidup di daerah terestrial berwarna coklat pucat, kehijauan, hingga hitam kecoklatan saat hidup, sering berubah menjadi merah muda hingga merah saat mati.

Amfipoda terestrial memerlukan lingkungan yang lembap dan mati dengan cepat di lingkungan yang lebih kering. Amphipoda juga dapat hidup berasosiasi dengan hewan lainnya seperti spons, tunikata, gorgonian, kelomang, anemon laut.

Amphipoda memiliki sistem reproduksi yang unik, dengan betina membawa telur dalam marsupium (kantong) khusus di ruas perutnya. Pada banyak jenis, reproduksi amfipoda dimulai ketika terjadi pembuahan: amfipoda jantan menempel pada betina dan memindahkan sperma ke saluran genitalnya. 

Alat kelamin amfipoda jantan terletak pada sisi ventral dari pereonite ketujuh, berbentuk sepasang penis berukuran sangat kecil yang kadang-kadang mempunyai duri. Alat kelamin ini tertutup oleh insang sehingga agak sulit untuk terdeteksi.

Telur yang telah dibuahi oleh pejantan disimpan dan diinkubasi dalam marsupium induk di bagian bawah tubuh betina dewasa hingga menetas. Telur akan menetas dalam satu hingga tiga pekan. Amfipoda muda menyerupai amfipod dewasa dan meninggalkan marsupium selama satu hingga delapan hari.

Sebagian besar spesies menyelesaikan siklus hidupnya (dari telur hingga dewasa) dalam satu tahun atau kurang. Perkembangannya bersifat langsung sehingga amfipoda yang baru menetas terlihat seperti induknya.

Beberapa spesies amfipoda bisa juga berkembang biak dengan bertelur di sedimen. Amfipoda merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme laut, termasuk ikan dan bahkan krustasea lainnya. Mereka adalah zooplankton dan sumber makanan untuk hampir semua ikan yang artinya, ikan apa pun bisa menjadi predator amfipoda dari ikan kecil hingga besar.

Beberapa spesies amfipoda menjadi sumber makanan penting bagi burung pantai yang bermigrasi. Mereka juga sering dimakan oleh hewan lain yang lebih besar dalam jaring makanan, termasuk paus, anjing laut, dan berang-berang laut.

Di banyak habitat, amfipoda berperan penting dalam menguraikan materi yang membusuk. Amfipoda kehilangan atau memperoleh kelembapan dari lingkungannya. Sebagian besar spesies amfipoda aktif di malam hari.

Ikuti percakapan tentang amfipoda di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Peneliti di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Topik :

Bagikan

Terpopuler

Komentar



Artikel Lain