Kabar Baru| 18 April 2020
Cegah Dampak Corona, Rimbawan Wakatobi Sedekah Alam

WABAH virus corona yang menjadi pandemi global saat ini akan berdampak pada menurunnya ketahanan ekonomi masyarakat, seperti banyak diprediksi lembaga ekonomi dunia. Penyebabnya adalah kebijakan pembatasan sosial berskala besar untuk mencegah penularan virus.
Penurunan ekonomi juga diprediksi akan berdampak di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Meski tak ada pasien positif terinfeksi, pemerintah daerah tetap menerapkan pembatasan sosial dengan menganjurkan masyarakat bekerja, beribadah, dan belajar di rumah.
“Kebijakan pembatasan membuat banyak orang Wakatobi mudik dari perantauan sehingga status orang dalam pemantauan meningkat,” kata Darman, Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi pada 17 April 2020.
Tim gugus tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Wakatobi, Darman termasuk salah satu anggotanya, mencatat sekitar 2.023 orang perantau dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan dari luar negeri, pulang ke kampung halaman di Pulau Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko.
Para perantau ini bekerja di luar kampung mereka sebagai penyangga ekonomi keluarga. Ketika mereka pulang dan tak lagi bekerja, ekonomi masyarakat menjadi terhenti. Apalagi, pariwisata yang menjadi andalan Wakatobi juga berkurang akibat ketiadaan turis.
Untuk mencegah penurunan ekonomi akibat kebijakan mencegah penularan virus, Taman Nasional Wakatobi menggagas program “Sedekah Alam”. Sedekah alam berupa pemberian bantuan kepada masyarakat di sekitar taman nasional di tengah berhentinya arus barang dan konsumsi akibat pembatasan.
Menurut Darman, program “Sedekah Alam” ditujukan kepada mereka yang kehilangan nafkah selama masa pandemi. Program ini muncul dalam rapat virtual dengan para kepala seksi untuk mengantisipasi kelesuan ekonomi akibat wabah ini.
Dalam rapat terbatas pada 9 April 2020 itu Darman menekankan agar para rimbawan mengantisipasi gejolak sosial dan ekonomi di masyarakat.
Kehilangan penghasilan di masyarakat akan mendorong mereka memanfaatkan sumber daya alam yang ada di depan mata. “Sosialisasi dan penyuluhan ke desa-desa harus masif dengan menggandeng tokoh kunci, patroli fungsional dan bermitra dengan masyarakat,” kata Darman.
Di samping itu, untuk mencegah pemanfaatan sumber daya alam Wakatobi secara ilegal, muncul gagasan “Sedekah Alam” sebagai penahan laju pelemahan ekonomi masyarakat. Bagi Rimbawan Wakatobi, Sedekah Alam bermakna filosofis, yakni bekerja menjaga alam, hidup dari hasilnya, sehingga kelebihan itu dikembalikan kepada sesama di alam.
Menurut Darman, makna “Sedekah Alam” sejalan dengan prinsip atau pandangan yang selalu disampaikan oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Ir. Wiratno M. Sc yang selalu menekankan bahwa, “Pengelola kawasan hutan harus memperhatikan dan melibatkan masyarakat”. Sebab pelibatan masyarakat adalah satu dari 10 cara baru mengelola kawasan konservasi.
Sedekah Alam diwujudkan berupa penyaluran bantuan berupa beras, minyak goreng, telur ayam, gula pasir, teh, susu, dan mi instan untuk masyarakat di tiga wilayah seksi pada 14 April 2020. Para kepala seksi memimpin pembagian bantuan tersebut memakai kendaraan roda empat dan kapal cepat.
Bantuan diterima langsung oleh 150 kepala keluarga di 15 desa di sekitar kawasan yang tersebar di tiga pulau, yaitu Wangi-Wangi, Kaledupa, dan Tomia. Mereka yang mendapat bantuan diutamakan yang kehilangan penghasilan harian akibat pariwisata ditutup.
Melalui pemberian bantuan ini para rimbawan TN Wakatobi berharap masyarakat terbantu dalam mencukupi kebutuhan pokok dalam jangka pendek sehingga mereka tidak melakukan pemanfaatan sumber daya alam secara ilegal di sekitar mereka. Darman berharap “Sedekah Alam” ini memicu hal serupa oleh organisasi lain baik pemerintah maupun swasta.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.

Redaksi
Topik :