Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 23 September 2025

Tanah, Sekutu Melawan Krisis Iklim yang Terlupakan

Setiap tahun, 60 miliar metrik ton karbon yang masuk dan keluar dari tanah. Kekuatan besar mencegah krisis iklim.

tanah adalah penyimpan karbon terbesar (foto: unsplash.com/Bob Brewer)

TANAH di seluruh dunia adalah penyerap karbon yang memainkan peran sangat besar dalam mengurangi emisi karbon manusia di bumi. Dengan pemanasan global, pertanian yang terindustrialisasi, dan  aktivitas manusia yang destruktif, keberadaan karbon di atas dan dalam tanah berada pada tingkat berbahaya: menjadi penyebab dan terdampak oleh krisis iklim.

Lapisan tanah setebal dua meter di bumi mengandung 2,5 triliun ton karbon. Jumlah tersebut lebih banyak daripada gabungan karbon yang tersimpan dalam vegetasi hidup dan atmosfer.

Karbon di tanah tidak statis. Tanah terus menyerap dan kehilangan karbon seiring dengan aktivitas vegetasi, jamur, bakteri, dan hewan yang ada di atas dan dalamnya. Para ahli memperkirakan 60 miliar ton karbon masuk dan keluar dari tanah setiap tahun. Jumlah tersebut tiga kali lipat skala emisi manusia.

Seiring dengan krisis iklim, keseimbangan karbon di tanah goyah. Prediksi ahli menunjukkan bahwa tanah global bisa kehilangan 50 miliar ton karbon pada 2050. Jumlah itu sekitar 15% dari proyeksi emisi karbon manusia selama periode yang sama.

Jika tanah terus kehilangan karbon, laju krisis iklim akan semakin cepat. Potensi kerugian dari hilangnya karbon tanah sebagian besar belum diperhitungkan dalam kebijakan iklim dunia.

Selama ini, kita fokus menghitung penyerapan dan kehilangan karbon di atas tanah, dari hutan, mangrove, lamun, dan laut. Sedangkan penyerapan dan hilangnya karbon tanah tak terlalu menjadi perhatian pembuat kebijakan.

Penelitian terbaru menemukan bahwa sebagian besar karbon yang ada di tanah disimpan dalam materi mati, seperti serasah daun, kayu mati, dan sedimen. Penelitian tersebut menemukan bahwa dari 1992 hingga 2019, daratan menyerap 35 miliar ton karbon. Namun, hanya 1 miliar ton yang tersimpan dalam vegetasi hidup. Sisanya tersimpan dalam materi mati.

Penemuan tersebut bukan hal yang mengejutkan. Kita tahu bahwa karbon ditambahkan ke tanah melalui dekomposisi materi organik. Sklus karbon di tanah jauh lebih kompleks.

Misalnya, jamur memainkan peran penting dalam simpanan karbon di tanah lewat jaringan filamen yang dikenal sebagai hifa. Satu kelompok penting jamur adalah mikoriza, jamur yang bersimbiosis dengan tumbuhan. Mereka membantu menyediakan air untuk tanaman dan nutrisi sebagai imbalan karbon.

Para peneliti memperkirakan bahwa jamur simbiotik seperti mikoriza menyimpan lebih dari 13 miliar ton karbon setiap tahun, setara sepertiga emisi CO2 bahan bakar fosil.

Saat semua karbon disimpan, sejumlah besar karbon juga hilang dari tanah karena ada aktivitas mikroba. Mikroba tanah menggunakan karbon sebagai bahan bakar pertumbuhan dan metabolisme mereka, kemudian melepas CO2 dalam prosesnya.

Eksperimen di laboratorium menunjukkan suhu yang lebih hangat meningkatkan buangan CO2 mikroba tanah. Suhu yang lebih panas memicu aktivitas enzim yang digunakan mikroba tanah untuk memecah karbon tanah.

Dalam sebuah penelitian pada 2016, sekelompok peneliti bereksperimen memanaskan tanah tropis di hutan dataran rendah di Panama. Lewat kabel bawah tanah, mereka memanaskan 1,2 meter tanah teratas sebesar 40 Celcius.

Setelah dua tahun, mikroba tanah di plot yang dihangatkan menunjukkan peningkatan aktivitas enzim dan emisi CO2 tanah naik 55%. Studi lain di tanah hutan beriklim sedang di California juga menunjukkan hal serupa. Pemanasan suhu tanah membuat emisi CO2 tanah naik 35%.

Secara global, konversi lahan untuk pertanian telah melepaskan 110 miliar ton karbon dari lapisan atas tanah selama 12.000 tahun. Sementara praktik pengelolaan tanah yang intensif yang ada sejauh ini memiliki dampak 10 kali lebih besar daripada perubahan iklim.

Pengelolaan tanah yang berkelanjutan, seperti mengurangi gangguan tanah, menanam tanaman tahunan, atau menggunakan tanaman penutup, membantu meminimalkan kehilangan karbon tanah. Dengan praktik pengelolaan yang tepat, tanah yang terdegradasi bisa menyerap sebanyak 1 miliar ton karbon tambahan setiap tahun.

Ikuti percakapan tentang krisis iklim di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain