Untuk bumi yang lestari

Surat dari Darmaga| 18 Maret 2024

Tanggung Jawab dan Pilihan Kaum Intelektual

Kaum intelektual punya pilihan: membangkang atau tunduk pada kekuasaan yang lalim.

Kaum intelektual

DALAM “It is Responsibility of Intellectuals to Speak the Truth and to Expose Lies”, Noam Chomsky menulis bahwa tanggung jawab kaum intelektual adalah menyatakan kebenaran dan mengungkap kebohongan. Chomsky, ahli hermeneutika dan aktivis politik Amerika Serikat, membahas esai klasik Dwight MacDonald “The Responsibility of Intellectuals” yang terbit pada 1945.

Esai MacDonald berisi kritik pahit dan sinis kepada para pemikir terkemuka yang menyatakan “rasa bersalah kolektif” terhadap para pengungsi Jerman yang nyaris tidak bisa bertahan hidup di masa perang. MacDonald membandingkan kritik bagi para pemikir dengan penghinaan oleh mereka yang merasa benar bagi para penyintas, termasuk reaksi para prajurit dari pasukan pemenang yang mengakui kemanusiaan para korban dan bersimpati dengan penderitaan mereka.

Dengan begitu, para prajurit yang menghargai penderitaan para pengungsi Jerman yang menyedihkan, bukanlah kaum intelektual. MacDonald mengakhiri esainya dengan pertanyaan: “Lalu apa tanggung jawab kaum intelektual?” Baginya, salah satu pilihannya adalah mengikuti jalan integritas, ke mana ia mengarah.

Integritas menunjukkan kejujuran dan kehormatan dalam budi pekerti dan perbuatan yang menyiratkan penolakan untuk berbohong atau menipu dengan cara apa pun yang menunjukkan perhatian yang aktif terhadap standar profesi, panggilan, atau posisi seseorang. Dengan integritas, seseorang dapat dipercaya dan tidak bisa dirusak ketika ia tidak mampu berbohong.

Dalam praktiknya, tulis MacDonald, istilah “kehormatan bagi pembangkang” hanya cocok untuk para pembangkang di negara musuh. Tetapi para intelektual Amerika Latin, uskup, dan banyak orang lain yang terbunuh di negara-negara “jajahan” Amerika Serikat yang memprotes kejahatan negara dan karena itu dibunuh, disiksa, atau dipenjarakan tidak mendapat kehormatan semacam itu.

Dengan demikian, bila integritas untuk mengabdi pada kekuasaan, apakah tidak ada syarat untuk apa dan ke arah mana kekuasaan itu diarahkan? Lalu apa tanggung jawab kaum intelektual bila arah itu tidak sesuai dengan keadilan?

Sehubungan dengan tanggung jawab kaum intelektual itu, masih ada pertanyaan meresahkan MacDonald. Kaum intelektual berada dalam posisi mengungkap kebohongan, termasuk kebohongan pemerintah, menganalisis tindakan berdasarkan sebab dan motifnya. Maka, tanggung jawab kaum intelektual jauh lebih dalam daripada yang disebut MacDonald sebagai “tanggung jawab rakyat biasa”, mengingat hak-hak istimewa yang dimiliki para intelektual. 

Adapun bagi kita yang berdiam diri dan apatis ketika bencana politik dan kemanusiaan perlahan terjadi selama belasan tahun terakhir—di halaman sejarah manakah kita menemukan tempat yang tepat? Hanya orang yang paling tidak peka saja yang bisa lolos dari pertanyaan-pertanyaan seperti itu.

Tanggung jawab kaum intelektual mengacu pada tanggung jawab moral sebagai manusia yang baik dan mampu menggunakan hak istimewa dan status mereka memajukan tujuan kebebasan, keadilan, dan perdamaian. Mereka berbicara tidak hanya tentang pelanggaran oleh musuh-musuh negara, juga pemerintah sendiri.

Seperti dibahas Chomsky, dalam perjalanan sejarah universal, para intelektual cenderung konformistis. Mereka cenderung mendukung tujuan-tujuan resmi dan mengabaikan atau justru merasionalisasi kejahatan-kejahatan resmi, dihormati dan diistimewakan dalam masyarakat mereka sendiri. Sebaliknya, mereka yang berorientasi pada nilai dihukum justru mendapat intimidasi dan pengucilan.

Dalam kitab-kitab suci, kata Chomsky,  banyak tokoh yang menurut standar kontemporer adalah para intelektual pembangkang. Mereka membuat marah penguasa, karena analisis kritis geopolitik, kecaman terhadap kejahatan, seruan untuk keadilan dan kepedulian terhadap masyarakat miskin dan penderitaan, menjadi ruh protes mereka.

Kaum intelektual punya hak istimewa. Hak istimewa menghasilkan peluang, dan peluang memberi tanggung jawab. Terhadap apa yang dilakukannya, seseorang intelektual punya pilihan: menjadi pembangkang atau membebek pada kekuasaan yang lalim.

Ikuti percakapan tentang kaum intelektual di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Guru Besar Kebijakan Kehutanan pada Fakultas Kehutanan dan Lingkungan serta fellow pada Center for Transdiciplinary and Sustainability Sciences, IPB.

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain